Comments

Pages

Minggu, 23 Maret 2014

Cahaya Hidup Seorang Pemuda

Posted by at 23.56 Read our previous post



Saat masih SMA aku mempunyai sifat yang keras, pemberontak dan nekat.
Orang bilang aku ini seorang
pemuda yang tidak tahu aturan. Tapi
sebenarnya tidak, aku cuma ingin
mengembangkan diriku sendiri. Pada waktu itu aku punya teman
kampung yang sebaya denganku,
dia sekolah di SMA swasta. Dalam
berteman kami sangat cocok dan
sering melakukan sesuatu bersama. Kami tidak berpikir lama untuk
melakukan sesuatu yang ekstrim,
menantang atau bahkan melanggar
aturan atau hukum. Ya benar, mulai
dari naik gunung, panjat tebing,
melancong ke luar pulau, memancing di laut, sampai yang ini;
kebut-kebutan, judi, pengguna dan
pengedar ganja, mabuk-mabukan
atau bahkan yang ini; mengutil di
plaza, mencuri dan banyak lagi.
Singkatnya kami ini adalah persekongkolan. Namun ulah kami
yang satu ini adalah yang paling
berkesan bagi kami walaupun kami
sama sekali tidak menduganya:
mengintip. Aku tinggal di perumahan dengan
bangunannya kuno dan besar,
ruang-ruangnya yang luas, langit-
langitnya yang tinggi dan
temboknya yang tebal. Kuno seperti
bangunan jaman Belanda. Nah, aku punya tetangga yang bentuk
rumahnya sama persis dengan
rumahku, rumahku dengan rumah
tetanggaku itu menyambung. Meski
di tengahnya ada tembok, tapi
menyambung di atasnya. Ya, ruangan di atas asbes di bawah
genteng, yang ada rangka kayu
besar itu di disain los. Kalau ada
seorang yang berada di atas, jelas
dia dapat bebas menjelajah dari
rumahku ke rumah tetanggaku tanpa di ketahui orang di dalam
rumah yang ada di bawah. Tentunya
dia harus melakukannya dengan
tanpa suara. Nah, itulah yang akan
aku dan temanku lakukan bersama.
Kenapa? karena tetanggaku itu, sebut saja keluarga Darwin, mereka
punya dua orang anak perempuan,
satu masih TK dan satu lagi SMP kelas
dua, sebut saja Wanda. Wanda
walaupun masih SMP tapi tubuhnya
tinggi seperti ibunya, ramping dan cantik, menurutku. Kami sering menggodanya.
Terkadang kalau dia punya PR, aku
dan temanku yang mengajarinya,
jelas lebih sering aku sendiri. Tapi
bukan Wanda yang menjadi sasaran
pengintipan kami, melainkan ibunya. Ya benar, Ibu Darwin ini lebih cantik,
wajahnya mirip model Larasati.
Umurnya mungkin 35-an, tubuhnya
putih mulus, seksi, dan pakaian yang
dikenakannya sering tidak lengkap,
"ini"-nya yang kelihatanlah, "itu"- nya yang terbukalah, pokoknya
benar-benar menggoda. Aku dan temanku sering kepergok
mengamati dia kalau dia sedang
membersihkan halaman dan dia
hanya tersenyum pada kami.
Suaminya? oh suami Ibu Darwin
kerja di luar pulau dan hanya pulang mungkin 2 kali dalam sebulan, dan
beliau sering ke luar negeri untuk
waktu yang tidak sebentar.
Akibatnya Pak Darwin selalu
memberi pesan padaku supaya aku
mengawasi, menjaga atau membantu anak-isteri yang
ditinggalkannya. Benar-benar suatu
skenario yang baik, pikirku. Pada suatu malam kami naik ke atas,
kami mempersiapkan segalanya,
obeng, bor kecil, pisau bergerigi,
sapu tangan penutup muka dan
senter, karena di atas gelap dan
berdebu. Kami naik ke atas dan langsung menuju ruang kamar
mandi, kira-kira hampir 2 jam kami
merekayasa atap asbes yang
ternyata bukan terbuat dari asbes,
untung kami membawa bor. Bor ini
bukan bor listrik tapi sebuah bor manual tangan jadi tidak ada
suaranya. Beres sudah, 2 lubang
persegi tepat berada di atas kamar
mandi sebesar 5x5 meter yang bisa
ditutup telah selesai. Kami pulang dan pada esoknya
sekitar pukul 05.00 pagi, kami
kembali ke atas dan menunggu Ibu
Darwin untuk mandi. Lalu terjadilah,
dia masuk sedangkan kami
mengamatinya dari atas. Ketika dia mengusap dadanya yang padat
dengan sabun, kemudian
membersihkan selangkangannya
dengan gerakan tangan naik-turun
lalu menggosok pantatnya yang
seksi, kami benar-benar terangsang. Bu Darwin tidak mungkin atau kecil
kemungkinan untuk menoleh ke
atas, karena dengan ukuran kamar
mandi yang kecil kalau dia
memandang ke depan sudut
pandangnya maksimal hanya sampai ke dinding tembok tidak mencapai
ke langit-langit yang tinggi. Kecuali
kalau ada sesuatu dari atas yang
jatuh atau kalau kami lagi sial dan
tiba-tiba dia menoleh ke atas, itu
resiko kami. Selanjutnya kami pulang untuk bersiap berangkat ke sekolah
masing-masing. Kami mengulangi pengintipan kami
saat sore dan pagi sampai selama 5
hari. Berikutnya hari ke-6 kami
"habis", kami kepergok. Sore itu,
demi Tuhan yang ada di sorga, entah
dari mana asalnya tiba-tiba aku bersin, bahkan sampai dua kali. Ibu
Darwin menoleh ke atas dan melihat
lubang kami, dia menjerit. Dengan
cepat kami menutup lubang-lubang
tersebut dan langsung turun untuk
melarikan diri. Kemudian aku berpikir, hei kenapa melarikan diri?
suami Ibu Darwin tidak ada, jadi
kenapa takut? Kami nekat
mendatangi rumahnya lalu
mendapati Ibu Darwin yang masih
basah buru-buru hendak keluar dari rumah. Kami bertemu di pintu depan
rumahnya. "Ada apa Ibu Darwin kok masih
basah?" aku berpura-pura.
"Andre, ada orang yang mengintip
saya di kamar mandi. Dia ngintip dari
atas."
Aku dan temanku saling berpandangan.
"Haah, jadi kalian yang mengintip
saya, kurang ajar."
"Plaak!" Ibu Darwin menamparku. Buru-buru temanku menyela, "Maaf
Bu, soalnya Ibu cantik, seksi lagi,
kami jadi penasaran, dan
sebenarnya ini semua ide Andre,
maafkan kami."
Sepintas kulihat senyum di bibir Ibu Darwin yang merah. Lalu temanku
dengan santai ngeloyor pergi.
"Benar Bu, ini tangung jawab saya,
maafkan saya, saya, ehh.."
Dengan nada rendah, "Sudah Andre,
sekarang kamu pergi saja, saya muak melihat kamu." Empat hari berikutnya aku nekat
mendatangi Ibu Darwin yang sedang
bergurau di teras dengan Wanda.
"Wanda, masuk ke kamarmu Ibu
mau bicara berdua dengan Kak
Andre, ada perlu apa Andre?" Aku tidak merasa takut sedikitpun tapi
lidah ini terasa beku dan tak bisa
bergerak, tak tahu mau mulai dari
mana. Lalu hanya ibu itu yang bicara
mengenai apa saja. Aku hanya
mendengarkan sambil tersenyum, dan dia membalas senyumanku.
Sepertinya dia sudah melupakan
kejadian 4 hari lalu. Kemudian topik
pembicaraan beralih menyangkut
suaminya. Segera aku menimpali,
"Ibu pasti kesepian ditinggal terus oleh suami." Dia memandangku
dengan tajam, "Iya!" Lalu Ibu Darwin
terdiam lama dan tiba-tiba,
"Suami macam dia Andre, pasti
punya simpanan lain di sana. Kalau
dia pulang saya nggak dapat apa- apa, cuma si kecil dan Wanda yang
diurusin, saya enggak."
"Oooh begitu rupanya," aku
menimpali.
Gila kesempatanku nih. Lama kami terdiam dan sesekali
pandangan kami bertemu dan dia
tersenyum padaku lagi. Hari
menjelang gelap, tiba-tiba dia
memegang tanganku dan berkata,
"Andre, temanmu mana?" "Oh si Rahmat, saya akan bertemu
dengan dia besok siang, kenapa
Bu?"
"Kalian kan sudah melihat Ibu di
kamar mandi, sekarang giliran Ibu
harus melihat kalian." Aku tersentak kaget bagai seorang
yang baru saja tahu kalau dia
kecopetan. "Besok siang kalau kalian sempat,
Ibu tunggu di rumah ya, Wanda
masuk siang dan baru pulang jam 6
sore."
Lalu Ibu Darwin melepaskan
genggamannya dan segera masuk ke dalam rumah sambil tersenyum.
Dengan perasaan kaget bercampur
bingung aku pergi ke rumah Rahmat
dan menceritakan semua apa yang
baru saja terjadi. Siang itu pukul 11.00 aku bolos
sekolah dan bertemu rahmat yang
juga bolos, di warung.
"Kita berangkat sekarang Ndre, aku
sudah nggak tahan nih."
"Boleh, ayo!" Kami langsung menuju rumah Bu
Darwin, sepi, tapi pintu tak terkunci,
kami berdua langsung masuk dan
menguncinya dari dalam.
"Eh.. jadi juga kalian datang."
Kulihat Ibu Darwin berpakaian rapi. "Ibu Darwin mau kemana?"
"Hei, jangan panggil Ibu Darwin,
panggil Lisa saja, itu nama saya. Oh,
kalau kalian tadi nggak datang
dalam 15 menit saya mau pergi jalan-
jalan ke mall dengan si kecil." Dari sini rasa hormat hormatku
kepada tetanggaku ini mulai hilang. Aku mulai berubah jahat dan aku
mulai bertanya dalam hati, dimana
Pak Darwin sekarang? Apa yang
beliau pikirkan atau lakukan
sekarang? Beliau memberiku
kepercayaan tetapi lihat, setan dalam diriku telah menguasaiku 100%.
Kalau pun apa yang kami
bayangkan tidak terjadi atau Ibu
Darwin membohongi kami, kami
akan terus maju, kami akan
memaksanya. Dan ternyata benar, pikiran jahatku hilang..berubah
menjadi panik. Aku melihat mobil
ayahku, yang adalah seorang
perwira menengah TNI datang. Dan
ayahku membawa serta seorang
anak buahnya yang tinggi besar, Provost mungkin, dan mereka
menuju kemari ke arah kami. Gawat! "Hei, ternyata Ibu menipu kami, ini
lebih menyakitkan dari apa yang
kami lakukan terhadap Ibu!"
"Andre, saya ingin sifat kamu
berubah, kamu sudah tidak kecil
lagi.." kami tidak menggubrisnya lagi, kami berlari dan lompat lewat
pintu belakang, kabur. Sempat kudengar ayahku berteriak,
"Andre jangan lari, ayah hanya ingin
menyiksamu! Kembali kau,
pengecut!" Aku mendegar kata terakhir ini.
Sambil berlari, aku sedih dan
kecewa, seluruh tubuhku ini terasa
lemas. Kami lari tanpa tujuan. Sesampai di
persimpangan jalan besar, temanku
mulai bicara, "Andre, aku sudah
tidak punya waktu lagi dengan
segala kegilaan kita ini, kejadian
barusan sudah cukup bagiku, 4 bulan lagi kita Ebtanas, aku punya
rencana panjang setelah aku lulus
nanti, aku tidak ingin gagal, aku
ingin kita sukses!" Aku terbelalak
kaget seperti orang yang
menemukan uang 1 juta di jalan. Kami terdiam dan aku hanya
memandang ke bawah dan mulai
merenung dan berpikir, keras sekali.
Tidak kusangka, temanku ini punya
semangat baja dan pantang
menyerah, semangatku mulai bangkit dan pikiranku terasa
bergerak ke satu arah, tobat.
"Thanks Mat, aku bangga punya
teman seperti kamu, aku tahu
sekarang waktunya kita berubah.
Masa remaja telah berlalu dan aku juga tidak ingin gagal." "Andre, saatnya telah tiba bagi kita
dan.."
"Rahmat, aku setuju denganmu dan
sebaiknya kita berpisah sekarang
dan kita ketemu saat kita lulus nanti,
oke man?" "Oke, boss.." Kami saling pandang lalu seperti ada
yang menggerakkan dalam diri
kami, sambil tertawa masam kami
berangkulan singkat sekali, kami
berpisah. Kulihat dia berlari menuju
terminal untuk pulang ke rumah. Lalu aku berbalik arah menuju
rumah namun tiba-tiba aku berbelok
arah menuju warung yang sering
aku dan Rahmat datangi. Di warung
itu kembali aku merenung dan
memikirkan semua yang telah aku lakukan selama SMA, aku melamun,
kemudian terdengar suara kecil dari
dalam pikiranku dan sepertinya
berkata, "Satu kali lagi, Andre, satu
kali lagi Andre, satu kali lagi Andre.."
terus berulang-berulang. Aku terbangun dari lamunan, oke kalau
begitu. Kemudian, buru-buru aku pulang ke
rumah, dan kebetulan ayahku sudah
tidak ada di situ lagi, aku langsung
masuk masuk ke kamar, mengganti
baju lalu mengambil semua
simpanan uangku, dan terakhir mengambil semua perlengkapan
naik gunungku. Yap, Aku
memutuskan akan naik gunung
untuk yang terakhir kalinya
sendirian. Kemudian, ibuku
berusaha untuk mencegahku dan mengatakan kalau ayahku
mencariku. "Ibu, katakan pada Ayah
kalau aku akan kembali." Ibuku
menangis sejadi-jadinya, tetapi aku
tetap pergi. Dan sementara aku
keluar dari rumah aku berpapasan dengan Ibu Darwin. Dia memegang
tanganku, "Andre, kamu mau
kemana, apa yang akan kamu
lakukan, Andre, jangan minggat,
saya.." aku tidak menggubrisnya.
Aku pergi menuju terminal, aku cabut. Selama 3 hari aku berjalan mendaki
gunung itu sampai ke puncak lalu
berjalan turun ke utara. Satu malam
aku terjebak hujan di tengah
perjalanan turun. Sepi, tidak ada satu
nafas manusia pun kecuali aku. Sekarang aku telah sampai di bawah,
terminal bus Ngawi pukul 09.00
malam, hari Minggu. Aku pulang.
Sesampai di rumah ternyata ayah
dan ibuku telah menunggu. Tanpa
sepatah kata mereka merangkulku. Lalu kami semua tidur. Besok
paginya aku berangkat ke sekolah,
kali ini aku diberi kepercayaan oleh
ayahku membawa mobilnya.
Sebelum pergi, aku sempat berbicara
serius dengan Ibu Darwin dan dia memberiku surat. Dalam perjalanan
ke sekolah aku memaksakan untuk
membaca surat itu, isinya ternyata
sebuah permintaan maaf,
pernyataan pribadi terhadapku, dan
sebuah perjanjian..yang sangat penting. Tiga bulan berlalu, aku lulus dari SMA
dengan nilai terbaik, mereka bilang
kalau aku termasuk dalam 10 besar
terbaik tingkat nasional dan aku
tidak percaya. Setelah itu aku
bertekad untuk melanjutkan karier ayahku, aku sudah puas sekaligus
bosan dengan pendidikan formal
dan aku tidak akan membuang
waktuku percuma hanya untuk
kuliah, sekarang waktunya untuk
sesuatu yang lain. Aku mendaftar akademi tentara, syukur ternyata
aku lolos ujian lokal. Waktu berjalan cepat, tiba saatnya
kini aku harus berpisah dengan
orang tuaku. Tapi sebelum itu, pada
suatu malam pukul 19.00, aku
menelepon Ibu Darwin dan dia
menyuruhku untuk datang ke rumahnya pada pukul 22.00. Selama
3 jam aku menunggu di rumah aku
benar-benar tidak tahan, serasa 3
tahun lamanya. Waktunya tiba,
belum, pada pukul 21.20 aku nekat
ke rumah Ibu Darwin, lewat pintu belakang tentunya. Waktu itu kedua
putrinya sudah tidur di kamarnya
masing-masing, mungkin, harus.
Aku langsung menuju kamar Ibu
Darwin yang berada di samping
belakang rumah. Aku mengetok 2 kali, "Masuk Andre, kami sudah
menunggumu." Aku tersentak kaget
seperti orang tertimpa tangga
dengan tiba-tiba, "Hah, kamu siapa?"
aku membuka pintu kamar itu
dengan cepat. Kamar itu terang, jadi aku dapat melihat jelas Ibu Darwin
yang tergolek di ranjang, dia
memakai daster mini warna hitam,
kontras dengan warna kulitnya yang
putih. Lekuk-lekuk tubuhnya
tergambar jelas ketika dia memiringkan badan sambil
menyangga kepala dengan
tangannya. Ibu Darwin memang perempuan
sejati, dia begitu cantik. Tapi aku
begitu kaget untuk yang kedua
kalinya ketika melihat pemuda yang
berdiri di samping ranjang, Rahmat!
Sambil tertawa aku tersedak, "Rahmat! Jadi, jadi, perjanjian ini juga
berlaku buat kamu?"
"Hehehe, benar Andre, tapi kamu
tenang saja, aku dan Ibu Darwin
belum mulai kok, kami menunggu
kamu." Akhirnya Aku dan Rahmat tertawa
bersama. "Eh sst, kalian ini kenapa? Tunggu
apa lagi? Saya sudah tidak tahan
lagi."
"Hehehe.. sama," kami menimpali.
Dengan masih berpakaian lengkap
aku menerkam Ibu Darwin dan menindihnya. Kulumat habis bibirnya
sambil kuremas-remas dadanya
yang kecil padat dan dia memelukku
dengan erat. Sementara itu Rahmat
dengan pelan menelanjangi dirinya
sendiri. Setelah beberapa menit kami bercumbu, Rahmat naik ke ranjang
dan mengangkangi Ibu Darwin di
kepalanya, lalu Rahmat
menyerahkan rudalnya yang baru
setengah berdiri itu ke mulut Ibu
Darwin dan perempuan itu melahapnya. Aku sendiri langsung
menuju bagian bawah pinggang Ibu
Darwin, kutarik celana dalamnya dan
kujilati pahanya yang empuk, lalu
menurun sampai ke pangkal paha.
Dari sini aku mencium bau aneh, sembab. Tapi aku tidak
memperdulikannya, aku mengamati
belahan daging lembut yang
berwarna coklat kemerahan yang
sudah basah itu. Aku mulai
menciuminya, kusibakkan bulu-bulu halus di sekitarnya lalu kujilati area
kewanitaan itu, dan anu-ku sudah
tidak terkontrol lagi bentuknya. Beberapa saat kemudian Rahmat
sudah tidak tahan dengan perlakuan
Ibu Darwin, perempuan itu benar-
benar kuat mengoral Rahmat selama
itu, kini Rahmat meledak, dia
semprotkan seluruh spermanya ke mulut dan wajah Ibu Darwin. "Oh..
oh.. ssh, ayo keluarkan semua Mat..
ayo, oh.." Kini wajah Ibu Darwin
penuh dengan lelehan sperma
Rahmat, Rahmat rebah di sisi kiri Ibu
Darwin sambil tersenyum. Sementara itu aku masih menjilati vagina Ibu
Darwin dengan rakus. "Eeeh.. mmh,
Andree aahk.. ooh.." sambil menjilat
kulihat wajah Ibu Darwin sedang
dibersihkan dengan selimut oleh
Rahmat. "Rahmat, kamu jangan kecewakan saya. Buktikan kalau
kamu perkasa, ayo bangun lagi
ayoo!" sambil tangannya mengocok
dan memainkan rudal si Rahmat. Setelah puas bahkan bosan menjilat,
aku merebahkan diri di sisi kanan
Ibu Darwin. Tanpa kuperintah Ibu
Darwin mengerti maksudku, dia
bergerak menuju ke bawah, melepas
celana jeansku dan celana dalamku, lalu mengulum dan menhisap benda
yang ada di baliknya. Aku benar-
benar melayang seraya tanganku
memeras rambutnya. "Aduuh Ibu
Darwin, anda hebat sekali ooh."
Setelah beberapa saat lamanya kemudian, penisku mulai
bertingkah, kurasakan seperti suatu
cairan di dalamnya akan segera
keluar. Aku terbangun dari posisi
rebah, dan berlutut di ranjang.
Sementara Ibu Darwin masih menelan dan mongocok penisku
dengan mulutnya, lalu kupegang
erat kepalanya dengan kedua
tanganku sementara Ibu Darwin
melingkarkan tangannya di
pantatku. Lalu kubenamkan seluruh batang penisku ke mulutnya dan
akhirnya.. "Oooh, aduuh uhhs, Ibu
Darwiin anda, anda.. hebat.."
spermaku keluar bagai air bah, dan
membanjiri mulut dan rongga
tenggorokan Ibu Darwin. Kulihat Ibu Darwin dengan terpejam
menelan semua spermaku tanpa
sisa. Membuatku jadi jijik melihatnya.
Aku melepaskan cengkeraman
tanganku di kepalanya dan kembali
rebah di ranjang. Lalu Ibu Darwin pergi ke kamar mandi yang ada di
dalam kamar itu juga dan
membersihkan diri. Waktu itu pukul
23.45. Begitulah, kami meneruskan
pesta kami sampai puas. Kami
melakukan semua gerakan, posisi dan teknik dari semua imajinasi
kami. Benar-benar tanpa batas. Sampai menjelang pukul 06.00 pagi
hari Minggu, ketika 2 putri Ibu
Darwin bangun, khususnya si
Wanda, kami mengunci diri di kamar
tersebut sambil membersihkan diri,
mandi. Kira-kira pukul 07.30, paman mereka, adik Pak Darwin datang dan
menjemput keduanya, si kecil dan
Wanda, tamasya ke luar kota.
Hebatnya, ibu mereka tidak ikut serta
dengan mereka walaupun dia
merasa berat. Ibu Darwin ternyata menepati perjanjiannya dengan kami
untuk selama 2 hari melayani nafsu
kotor kami. Akhirnya kami
melakukannya lagi dimanapun dan
kapanpun kami suka. Ibu Darwin
benar-benar adalah perempuan yang kuat meskipun tak sekuat kami
tentunya. Dia membuktikannya
dengan melayani kami secara
bergantian dari mulai pagi hingga
malam hari. Seperti pada sekitar pukul 13.00, 1
jam seteleh dia senggama dengan
Rahmat dia menuju ke dapur dan
makan, lalu mandi. Tepat pada saat
itu nafsu birahiku mulai bangkit dan
kuputuskan untuk melampiaskannya di kamar mandi.
Kuketok pintu kamar mandi, dengan
tanpa bertanya pintu langsung
dibukanya. Kulihat pemandangan
yang indah, Ibu Darwin berdiri
dengan kondisi persis seperti Hawa saat dia baru diciptakan, telanjang
bulat.
"Oh kamu Andre, kenapa? minta
lagi? kalian ini memang perkasa, tapi
saya masih lelah. Kamu bisa tunggu
1 jam lagi nggak?" "Haa? 1 jam? Nggak, aku maunya
sekarang."
Lalu kuremas pantat Ibu Darwin dan
mulai kusapukan lidahku ke liang
peranakannya. Ibu Darwin hanya
bisa mendesah dan mulai bereaksi menyandarkan dirinya ke dinding
kamar mandi.
"Auuh, ooh, sshaa.. lebih cepat
Andre, lebih cepat, ookh.."
Aku puas menikmati vagina Ibu
Darwin yang masih berbau harum sabun. Lalu sambil berdiri kudorong Ibu
Darwin untuk berlutut dan
menghisap kemaluanku. Dan Ibu
Darwin melayaniku dengan baik, dia
menghisap penisku dengan gerakan
cepat kelihatan seperti rakus. Setelah hampir setengah jam menghisap,
dengan masih menelan penisku tiba-
tiba dia berhenti. "Eeemmh, oockh,"
Ibu Darwin baru saja meminum
semua spermaku yang kutembak
dalam mulutnya. Kemudian Ibu Darwin membalikkan dirinya
membelakangiku, sambil masih
berdiri dia membungkuk. Lalu
kupeluk dia dan kutelusupkan
penisku yang sudah tegang itu dari
belakang. Kami berdua menikmatinya dengan santai. Kami
bahkan bercerita dan tertawa sambil
aku tetap mengocoknya dari
belakang. Dan saat yang paling
nikmat tiba, Ibu Darwin mulai
merintih tegang dan aku mulai merasakan kontraksi dalam penisku.
"Oh oh oh oh, Andree, eehk, eehk,
eehk, saya sudah nggak kuat lagi
Andre, ssaya habiss.. oohh!"
berbarengan dengan itu spermaku
kembali keluar. Lalu kami terkulai lemas dan bersandar di dinding
sambil berangkulan. Itulah perjanjian kami dengan Ibu
Darwin yang ditulisnya di dalam
surat 3 bulan lalu. Kini kami semua
berpisah. Aku berhasil masuk tes
tingkat nasional pendidikan akademi
di Jawa Tengah, Rahmat meneruskan pendidikannya di
perguruan tinggi negeri di Bandung,
dan akhirnya Pak Darwin
memboyong keluarganya pindah ke
Kalimantan. 5 tahun berlalu, kedua
orang tuaku pindah ke Sulawesi, aku ditugaskan di Jakarta ketika aku
menerima surat dari Rahmat dan
menceritakan bahwa dia akan
berangkat ke Jerman untuk
semacam pendidikan khusus. Raih
cita-citamu setinggi mungkin kawan, semoga sukses.
TAMAT


Cerita Lainnya : Merengkuh Kenikmatan



6 komentar:

  1. Www.pusatvimaxori.com
    JUAL :
    ☑ OBAT KUAT PRIA
    PEMBESAR PENIS
    ☑ ALAT BANTU SEX PRIA & WANITA
    ☑ PELANGSING BADAN
    ☑ PENGGEMUK BADAN
    ☑ PENINGGI BADAN
    ☑ ALAT & CREAM PEMBESAR PAYUDARA
    ☑ PEMUTIH WAJAH/BADAN
    ☑ PERONTOK BULU
    ☑ PENUMBUH RAMBUT
    ☑ PENGHILANG TATTO
    ☑ PEMERAH BIBIR
    ☑ PERAPAT VAGINA
    ☑ PEMUTIH SELANGKANGAN
    ☑ PENGHILANG SELULIT
    ☑ PERANGSANG WANITA
    ☑ PEMBESAR PANTAT
    ☑ DLL. pin bb 5A6AFC9E.

    BalasHapus
  2. Ayoo Main di Pelangi Togel
    TOTAL HADIAH RATUSAN JUTAAN UNTUK DIBAGIKAN

    Telp : +85581569708
    BBM : D8E23B5C
    Line : togelpelandi
    Skype: Togel Pelangi

    promo :
    1. Bonus New Member
    Deposit : 50.000 Bonus 5.000
    Deposit : 100.000 Bonus 10.000
    Syarat jika ingin WD berlaku kelipatan 3x Deposit + Bonus
    contoh :
    Deposit 100.000 + Bonus 10.000 x 3 = 330.000
    jika belum mencapai syarat maka akan kami tarik kembali Bonus depositnya sebesar 10.000
    Misalnya Jika belum mencapai syarat bos ingin WD 300.000 Maka kami tarik 10.000 dan akan kami kirim dana 290.000
    http://www.togelpelangi.com/

    BalasHapus
  3. ijin share ya kak ;)

    WAYANGPOKER, Agen Poker & Domino QQ Online Tanpa Robot ~

    4 PERMAINAN DALAM 1 WEBSITE
    Poker - DominoQQ - BandarQ - Bandar Poker
    COMINGSOON : Bandar Sakong.
    Permainan 100% fair play ( Player vs Player ) No Bot & Admin !!!

    Kelebihan Wayangpoker, Situs poker online Indonesia terpecaya :
    * Meja terkecil mulai dari Rp. 2.000,-
    * Minimal Deposit Hanya Rp. 20.000,- & Withdraw Rp 40.000,-
    * Deposit & Withdraw Nonstop 24/7 ( Jika bank tidak offline )
    * Hadiah Jackpot terbesar Jutaan Rupiah
    * Bonus Turnover 0.5% ( dibagikan setiap hari pada jam 12 siang )
    * Bonus Referral 20% ( berlaku se-umur hidup )

    Segera daftarkan diri anda dan sobat-sobatmu untuk bermain di wayangpoker, klik link berikut untuk mendaftar : https://goo.gl/pTxQ7g ☆

    #bandarq #bandarpoker #cimbniaga #pokercimb #dominoqq #agenpoker #pokeronlineterpercaya #bandarsakongonlineterpercaya #judionline #indonesia #jakarta #agenpokerindonesia #judionlinecasino #agenbandarq #agenbandarpoker #deposit #cashback

    BalasHapus

© JURAGAN CERITA SEX is powered by Blogger - Template designed by Stramaxon - Best SEO Template