Pages

Minggu, 12 Mei 2013

Awal Dari Sebuah Perjalanan Panjang 02

Posted by at 11.49

Ketika mencapa bagian dalam pahaku...sesekali terasa tangan Dino menyenggol kemaluanku...tanpa sadar aku bereaksi dengan sedikit bergerak..namun pemuda itu pura pura tidak sadar dan tetap pada irama pijatannya. “Punggungnya ya tante' kudengar suara Dino berkata..dan terasa dingin lagi dipundak dan punggungku ketika cairan lotion itu dituangkan....jari jari pemuda itu bergarak teratur dari atas kebawah..namun slalu terbentur dengan tali BH ku......”boleh saya buka bra nya tante..” tatanyanya lagi dan sebelum aku sempat menjawab terasa kaitan BH ku sudah dibukanya....aku melirik lagi ke suamiku dan dia memandangku dan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya seakan memberi persetujuan..... Ketika pijatannya sudah sampai pinggang dan terus kebawah....”kurasakan dino memasukan jarinya kedalam celana dalam yang kukenakan....dan meremas remas bongkahan pantatku...aku mulai terangsang..kurasakan kemaluanku mulai membasah.....”ma....celananya dibuka saja ya....biar Dino mudah memijatnya..” tiba tiba terdengar suamiku berkata dan Dino yang mendengar itu lalu menarik celana dalamku...semula aku agak enggan.....dengan si mbok saja aku tdiak pernah telanjang bulat..tapi kuingat lagi ini keinginan suamiku dan bagaimana wajahnya tampak berseri seperti anak kecil yang kesenangan menonton pertunjukkan...maka tanpa menjawab aku mengangkat sedikit pinggulku dan ...lepaslah celana dalamku Dino beranjak naik keranjang.... kedua kakiku di bawah kakinya dan tangannya dengan serisu memijat dan meremas pantatku.......sesekali jarinya jarinya menyelinap kebawah menyentuh kemaluanku membuatku tergelinjang....... “oom...maaf ya...kalau boleh saya melepas celana panjang soalnya pakai jeans jadi agak ketat dan kasar...nanti kulit tante tergesek jeans pula” katanya..lho...kok malah dai minta ijin suamiku pikirku....”ya silahkan saja.....” jawab suamiku...dan sambungnya lagi....kepadaku ”nggak apa kan ma?”
“Terserah saja jawabku......” pasrah namun terasa rangsangan yang mulai bangkit dalam diriku. Aku melirik ketika Dino melepas celana panjangnya...kupikir dia pakai celana pendek atau boxer...dan terkejut juga aku ketika ternyata pemuda itu hanya memakai celana dalam hitam model mini...kontras dengan kulitnya yang putih...dan tidak berhenti sampai distu...dibukanya pula kemejanya, tubuhnya benar atletis dengan otot tangan dan dada yang bagus...dan perut yang rata...terlihat jelas tonjolan diselangkangannya..... tanpa sungkan Dino naik keranjang menduduki pantatku dan mulai lagi memijat punggungku..sesekali tangannya melebar kesamping dan sebagian buah dadaku disentuhnya....entah berapa lama pijatan itu dilakukan tangannya terus kebawah dan aku bisa merasakan kemaluan pemuda itu yang keras menekan pantatku dari balik celana dalamnya....sambil bergeser mundur kini tangannya kembali meremas dan memijat pantatku...namun kali ini tanpa ragu sesekali jarinya menyentuh kemaluanku bahkan sesekali walau sedikit jarinya memasuki lubang kemaluanku membuatku bergelinjang dan semakin terangsang. “Oke......balik dong badannya tante.....”

kata dino lembut sambil turun dari ranjang...dan sambil melihat suamiku yang kini wajahnya agak memerah denngan nafas yang agak memburu, sementara tangannya sesekali tampak meremas kemaluannya sendiri dari yang terlihat menonjol dibalik celananya. Aku berbalik dan untuk pertama kali sesudah menikah sekian lama ..aku berbaring telentang telanjang bulat didepan laki laki lain selain suamiku....”Uh....tante benar benar cantik....”puji Dino lagi untuk keskian kalinya......memang aku cukup rajin memelihara penampilanku.....dengan dada 36 B yang masih cukup kencang dan wajah yang kata orang diatas rata rata, dan kulit walau tidak terlalu putih tapi cukup kuning. Dino mulai lagi dari kaki dan setelah sampai paha..tanpa sungkan tangannya mulai memijat mijat kemaluanku....membuat nafasku mulai memburu...dan kini jarinya benar benar memasuki lubang kemaluanku..tapi tidak lama........pemuda itu beranjak naik dan mulai memijat atau lebih tepatnya meremas buah dadaku.......kedua jarinya menjepit puting susuku dan memilin dengan lembut membuatku semakin kehilangan kendali.....lalu turun lagi ke perut.....kemaluan dan naik lagi...sungguh pandai dia menaikkan irama nafsu dan rangsangan dalam diriku....... 

Kali ini pemuda itu bergerak mundur...dan menempatkan diri diantara kakiku sehingga aku harus membuka pahaku agak lebar....dan tiba tiba kurasakan lidah yang hangat menyentuh kemaluanku...aku benar benar bagai kena stroom...bergelinjang namun mulut pemuda itu telah menempel dikemaluanku....dan lidahnya mulai menari nari, menjilat dan sesekali klitorisku di emut dan dan dhisapnya.....bergerak lagi..lidahnya mencucuk masuk kedalam kemaluanku dan begitu seterusnya dalam irama yang teratur.....uh....suamiku nggak ada apa apanya kalau dalam hal jilat menjilat rupanya......dan tiba tiba tanpa diduga dan tanpa melepaskan bibirnya dari kemaluanku jari tangannya memasuki lubang kemaluanku.......diserang seperti itu aku benar tidak tahan......dengan mendesah dan mengerang aku menjepit kepala pemuda itu dengan pahaku dan ..”aaaaahhhhhh..sssssshh...” aku mendapatkan orgasme pertamaku.
Dino dengan lembut melepaskan jarinya dari lubang kemaluanku dan bangkit, sementara aku masih terengah engah karena orgasme tadi...... Aku tahu acara masih belum selesai, ketika kulirik suamiku wajahnya tampak sangat horny tangannya masih tetap mengusap usap kemaluannya dari balik celananya, tampak dia sangat menikmati pertunjukkan tadi....tapi aku yang agak kesal....ada keinginanku agar saat tadi Dino asyik menjilati kemaluanku suamiku menyodorkan batangnya supaya bisa kuhisap.....tapi karena duduknya agak jauh dan aku juga risih mau menintanya maka aku diam saja dan menikmati jilatan Dino tadi. 

Dino lalu duduk diranjang disampingku....tangannya meremas remas buah dadaku dan dengan jari jari tangannya puting susuku di pilin pilin dengan lembut......dan tanpa sadar karena duduknya disampingku tanganku menyentuh pahanya....tanganku bergerak sedikit menuju keselangkangan Dino sambil aku memandang kearah suamiku dngan pandangan bertanya dan walau tanpa ada sepatah diantara kami suamiku menganggukan kepalanya, tangan Dino yang meremas dan memainkan buah dadaku membangkitkan lagi nafsuku......dan tanpa sempat berpikir tanganku sduah meremas remas kemaluan pemuda itu yang masih terbungkus celana dalamnya.......dan tanpa banyak bicara tanganku merayap masuk kedalam celana dalam pemuda itu. “Tante mau saya melepas celana dalam saya...?” tanya Dino lirih dan ketika aku mengangguk tanpa bangkit dan hanya dengan mengangkat pantatnya sedkit celana dalamnya dilepaskannya...kini kami berdua suadah sama telanjang bulat ditonton suamiku yang masih berpakaian lengkap. Aku terpana memandang kemaluan pemuda itu.....cukup besar sekitar 18 Cm dengan lingkaran yang lumayan besar dan terlihat sangat tegang dan urat uratnya tampak menonjol....dan di ujung kepalanya tampak agak basah dengan cairan bening atau precum. Aku sudah tidak mampu berpikir lagi.........aku bergerak bangkit

dan sesaat kemudian lidahku sudah menjilati cairan bening yang ada dikepala kemaluan pemuda itu...terasa
agak asin...gurih ....dan benar benar membangkitkan nafsuku hingga kepuncaknya.....kutarik pemuda itu dan kini kepalaku aku yang diatas kemaluannya..aku mulai menjilati batang dan kedua buah yang menggantung itu ...sesekali kumasukan kepalanya kemulutku dan kusedot lembut dan terdengar pemuda itu mengerang...namun aku tak berhenti...kucoba memasukan seluruh batang kemaluannya kemulutku namun baru 3/4 ...aku sudah hampir tersedak..ya...Dino memang memiliki yang lebih besar dari suamiku ...mungkin sama besar lingkarannya..tapi lebih panjang.... Aku terus mengulum dan menjilati...menghisap dan kedua tanganku juga bergerak lembut mengusap dan menggaruk lembut di buah zakarnya.....dan kemudian bersamaan dengan semakin kerasnya kemaluan pemuda itu..aku memegang


pangkalnya...kepalaku bereka naik turun dengan kemaluan pemuda itu dimulutku.....aku benar benar sudah dikuasai nafsuku...ksadaran bahwa ada suamiku da sumaiku yang menonton tanpa berkedip justru membuatku semakin bergairah....dan akhirnya..”Tante......saya mau keluar” kata Dino terengah engah sambil berusaha melepaskan kemaluannya dari mulutku...namun aku tetap memegangnya dan kepalaku makin cepat naik turun...dan ....”aaahhh...ssshh....tante....keluaar...arrgh..ssshhh”
desahnya dan denyutan yang semakin keras pada batangnya menandakan waktunya hampir tiba...aku jepit leher batang kemaluan itu dengan bibirku dan hanya kepalanya yang berada dalam mulutku sementara tanganku terus mengocok batang pemuda itu.....terasa semprotan cairan kental dan hangat demi semprotan memenuhi rongga mulutku....aku beradu cepat menelan cairan yang keluar itu...dengan semprotan berikutnya.....dan walau berhasil tapi ada sedikit yang tetap mengalir keluar dari celah bibirku...

Dino melemah dan akhirnya terbaring diam..namun kepala kemaluannya tetap di mulutku dan ketika terasa sduah berhenti mengeluarkan cairannya..baru kulepas namun tetap kujilati hingga bersih...dan aku lalu menoleh keraha suamiku......sambil dengan jari telunjuk kudorong cairan yang masih tersisa disekitar bibirku masuk kemulutku dan kuhisap jariku hingga bersih. Hampir 20 tahun aku menikah baru 3x suamiku suamiku mengeluarkan air maninya dalam mulutku...dan kini dengan pemuda yang belum pernah kutemui sebelumnya malah langsung kuteklan habis semua mair maninya.... “Tante hebat sekali...uh......benar benar Oom beruntung punya istri seperti tante..” kata Dino memuji. Aku bangkit dari ranjang, kuhampiri suamiku...kutarik tangannya hingga berdiri dan kupeluk ...”pa maaf ya...mama sampai lupa diri dan menghisap punya Dino” bisikku ditelinganya....dan jawaban yang kuterima adalah semua ciuman dibibirku...bibir yang masih basah dengan air mani pemuda itu...namun suamiku tampak tidak peduli...lidahnya menyapu dan memasuki rongga mulutku yang kubalas dengan ciuman yang tak kalah panasnya...”yang penting mama senang..papa juga senang kok melihatnya” suamiku berbisik ditelingaku setelah ciuman kami terlepas... merasa kepalang tanggung dan terasa 'menggantung' aku bertanya “pa...mama boleh make love?” dan suamiku menjawab sambil tersnyum :”justru papa ingin nonton mama make love yang hot”
Aku mencium lagi suamiku lalu berjalan keranjang dimana dino masih rebah dengan kemaluan yang lemas....aku lalu berbaring disisinya...Dino bergerak...diciumnya keningku...turun kebibir...lalu turun ke buah dadaku dan perutku...namun sebelum dia mulai menjilati kemaluanku aku tarik tubuhnya dan kubalikan.....aku yang justru kembali menghisap dan memainkan batang kemaluannya...dan perlahan batang kemaluan pemuda itu mulai bangkit. 

Setelah benar keras aku lalu berjongkok dan mengarahkan batang kemaluan pemuda itu memasuki lubang kemaluanku.....dan sedikit demi sedikit .....akhirnya... blessss.......seluruh batang kemaluan peuda itu amblas dalam kemaluanku dan aku mulai bergoyang....sungguih tak pernah kemaluanku terasa sepenuh ini......ujung batang kemaluannya sesekali menyentuh mulut rahimku menimbilkan rasa geli dan nikmat yang tak terhingga.....dan buah dadaku yang cukup besar dengan cup 36B itu menggantung bebas namun tak lama mulai diremas remas lagi oleh Dino. Karena sudah keluar banyak saat kuhisap tadi dino bertahan cukup lama.....dan aku yang tak ingin cepat orgasme lagi merebahkan diri kedada pemuda itu....dan tanpa mencabut batang kemaluannya Dino membalik posisi dan kini dia yang berada diatasku...hampir 10 menit pantatnya naik turun dengan teratur dan akhirnya aku yang tak tahan..

.”uuh.......sshh...cepetin
Dino.....aku mau keluar.....dan dino mempercepat gerakannya ....dan aku tahu dia juga akan mencapai puncaknya.....”cepet...cepet....ssshhh....aaahhhh.........”
desisku.....dan akhirnya “aahhh......ssshh....enaakkk...ssshhh...keluarrr ...ohh......'
aku mencapai orgasme ku lagi.....dan tak lama Dino yang tidak mengurangi kecepatan geraknya tubuhnya mulai menegang..”tante ....saya mau keluar.........keluarin dimana tante...?” tanya nya disela desis dan desahannya.....aku menjawab dengan melingkarkan kakiku kepinggangnya, bibirku mengunci bibirnya ...dan akhirnya semburan yang hampir sama banyaknya menyiram lubang kemaluanku...........dan Dinopun ambruk diatas tubuhku.... Agak lama kami dalam ppsisi seperti itu....Dino lalu mencium bibirku dan memandangku dangan penuh kekaguman..”tante benar hebat.....hampir tidak ada yang seenak

punya tante..” katanya...dan kau menjawab dengan sebuah ciuman lagi. Dino lalu bangkit...kuberi tanda supaya dia maju dan mengarahkan kemaluannya kemulutku dan kemaluan yang basah dengan cairan kami berdua itu kujilati hingga bersih...entah kenapa kok tiba tiba aku jadi suka menjilati tanpa rasa risih...... Dino lalu beranjak kamar mandi bebersih sementara aku masih berbaring telentang dengan kemaluan yang basah oleh air mani pemuda itu...dan memandang suamiku..”terima kasih pa.” kataku sambil memberikan senyum mesra. Dino lalu berpakaian dan berpamitan namun aku malas untuk bangkit...hanya kutarik tangannya dan kucium bibirnya dan berbisik “ma kasih ya....”; namun langsung dijawab “saya yang berterima kasih sama tante....” Ketika suamiku kembali setelah mengantar Dino keluar, secepat kilat dilepaskan pakaiannya...kemaluannya

tampak sangat basah.......tanpa banyak bicara ditindihnya tubuhku yang masih basah mandi keringat, dan batang kemaluannya memasuki kemaluanku yang masih penuh banjir dengan air mani Dino...., namun tidak lama mungkin karena menahan diri terlalu lama tidak sampai satu menit suamiku sudah mengerang dan menumpahkan air maninya menambah jumlah air mani dalam rahimku... Aku lalu bangkit.....menjilati batang kemaluan suamiku yang basah dengan campuran air main Dino, cairanku dan air maninya sendiri hingga bersih..lalu beranjak ke kamar mandi dan bebersih diri. Malam itu adalah awal dari suatu babak perjalanan hidupku.....

TAMAT

Cerita Lainnya : Bibiku Pendamping Setiaku



Bude Halimah Teman Ibuku

Posted by at 10.50


TANPA gairah Roni mengeluarkan sepeda motor dari ruang tamu. Setelah

yakin kondisi oli mesin pada motornya masih cukup bagus, distater dan

dijalankannya mesin kendaraan yang dari segi mode sudah agak

ketinggalan jaman. Bunyinya berderum cukup keras, maklum motor anak

muda.

"Sudah siap Ron? Bude Imah udah nungguin nih. Takut pulangnya kemalaman

dan kehujanan di jalan," suara ibunya terdengar dari ruang dalam

rumahnya.

"Uh bawel amat sih. Orang baru mau manasin mesin kok," gerutu Roni

membathin.

Gara-gara Pak Nardi (tetangganya) diam-diam kawin lagi, Roni memang

jadi ikutan repot. Sebabnya, Bu Halimah istri Pak Nardi berteman akrab

dengan ibunya. Dan Bude Imah (demikian Roni biasa memanggil Bu Halimah)

atas masalahnya yang dihadapinya selalu curhat kepada ibunya yang juga

ditinggal suami yang kawin lagi. Hingga saat Bude Halimah memutuskan

untuk meminta bantuan dukun guna mengembalikan suaminya, atas

permintaan ibunya Roni yang diminta untuk selalu mengantarnya.

Sang dukun yang tinggal di desa terpencil, kendati masih satu wilayah

kabupaten, jaraknya dari rumah Roni lebih dari 50 kilometer. Tetapi

bukan karena faktor jarak dan kondisi buruk jalan ke arah sana yang

membuat Roni enggan mengantar Bu Halimah. Apalagi wanita itu selalu

mengajaknya makan dan memberikan sejumlah uang setiap Roni sehabis

mengantar.

Namun masalahnya, sudah tiga kali datang ke dukun tersebut belum ada

tanda-tanda Pak Nardi akan kembali. Bahkan seperti yang diceritakan Bu

Halimah pada ibunya, ulah Pak Nardi kian nekad. Seluruh pakaiannya

telah dibawa ke rumah janda yang menjadi istri mudanya. Karenanya Roni

merasa, dukun itu hanya mengakali Bu Halimah yang gampang memberi uang

sampai ratusan ribu rupiah sekali datang dengan dalih untuk membeli

berbagai persyaratan dan sesaji.

"Nak Roni pasti bosan ya harus ngantar-ngantar bude seperti ini," kata

Bu Halimah ketika mereka berhenti makan di warung sate langganan dalam

perjalanan ke rumah sang dukun.

"Ee.. enggak Bude. Nggak apa-apa kok," ujar Roni yang terpaksa berhenti

menikmati dua tusuk sate terakhir yang tersisa di piringnya.

Sepuluh tusuk sate di piring Bu Halimah tampak telah tandas tanpa sisa.

Tetapi Roni yakin wanita itu tidak menikmati makanannya. Karena

ekspresi wajahnya terlihat masygul dan tatap matanya terlihat kosong.

Pasti ia sangat tertekan gara-gara ulah suaminya. Melihat itu Roni

menggeser duduknya, merapat ke dekat Bu Halimah. Diraihnya tangan

wanita itu dan digeganggamnya dengan lembut. "Roni siap mengantar ke

manapun Bude mau pergi. Bude tidak usah ragu," kata Roni mencoba

meyakinkan.

Cukup lama Roni menggenggam dan meremas tangan Bu Halimah. Bahkan

seperti seorang kekasih yang tengah menenangkan pasangannya yang tengah

merajuk, Roni melakukan itu sambil menatapi wajah Bu Halimah. Menatapi

hidungnya yang bangir, matanya yang teduh dan bibirnya yang merah

merekah.

Roni baru menyadari pakaian yang dikenakan wanita itu berbeda dari

biasanya. Dibalik jaket tipis warna hitam yang dilepasnya, Bude Halimah

hanya mengenakan T shirt warna krem dipadu dengan celana panjang warna

hitam. Biasanya ia selalu mengenakan rok terusan panjang yang longgar.

Ketatnya bentuk kaos dari bahan agak tipis yang dikenakan, membuat

bentuk tubuhnya seperti tercetak sempurna.

Di balik kaos tipis itu, sepasang buah dadanya yang berukuran besar

nampak membusung dan kutang warna hitam yang dipakainya terlihat

membayang. Serasi dengan perawakannya yang tinggi besar. Ke bagian

menggunung itulah Roni berkali-kali mencuri pandang. Juga ke leher

jenjangnya yang putih seksi meski sudah ada kerutan karena usianya.

Kendati usianya memasuki kepala lima, Bu Halimah belum kehilangan

pesonanya. Karena itulah Roni sering mencuri-curi pandang menatapi

keindahan pinggul dan pantat besarnya serta tonjolan buah dadanya

ketika wanita itu cuma mengenakan kaos oblong dan celana training ketat

saat hendak berangkat dan sepulang senam dengan ibunya.

Saat telanjang, bentuk tubuhnya pasti jauh lebih merangsang, demikian

Roni selalu membathin setiap melihat wanita itu habis bersenam.

Karenanya Bu Halimah selalu menjadi wanita favorit yang dihadirkan

dalam angan-angannya saat beronani. Sambil mengocok sendiri kontolnya

untuk menyalurkan hasrat biologisnya, Roni memang selalu membayangkan

nikmatnya dada besar dan memek Bu Halimah bila disetubuhi. Makanya ia

tidak habis pikir dengan tindakan Pak Nardi yang jatuh ke pelukan

wanita lain.

Diperlakukan sedemikian rupa oleh Roni, Bu Halimah sebenarnya sangat

senang dan tersanjung karena ada laki-laki muda yang memberinya

perhatian. Hanya seorang wanita pengunjung warung yang lain,

menatapinya dengan tatapan aneh hingga Bu Halimah segera menarik

tangannya dari genggaman dan belaian Roni. "Satenya tidak dihabiskan

Nak Roni? Kalau tidak yuk kita berangkat. Nanti kemalaman di jalan,"

ujarnya.

Kunjungan keempat ke rumah sang dukun ternyata sia-sia. Sang dukun

ternyata tidak berada di tempat. Kata istrinya, ia tengah ke Jakarta

untuk mengobati pasien selama sepekan. Maka diputuskan untuk pulang

secepatnya karena mendung di langit mulai menggantung dan cukup tebal.

Bu Halimah nampak kecewa.

Dalam perjalanan pulang, baru beberapa kilometer dari tempat tinggal

sang dukun, hujan mengguyur deras. Air seperti tercurah dari langit.

Saat itu, Roni dan Bu Halimah yang berboncengan sepeda motor tengah

berada di posisi jalan sebuah kawasan hutan. Hingga tidak memungkinkan

bagi keduanya mencari tempat berteduh.

Dalam terpaan derasnya air hujan dan hawa dingin yang menusuk, Roni

yang mengenakan jaket kulit tebal tak kelewat terpengaruh oleh cuaca

tersebut. Roni hanya merasakan dingin di bagian pinggang ke bawah.

Karena celana jins yang dikenakan basah kuyup oleh hujan.

Tetapi tidak bagi Bu Halimah. Ia memang memakai jaket. Namun jaket yang

dipakainya dari bahan kain yang kelewat tipis hingga air hujan langsung

meresap menembus ke semua lapis pakaian yang dikenakannya. Termasuk ke

kutang dan celana dalamnya. Karena dingin yang dirasakan ia yang

tadinya membonceng agak merenggang, mulai merapat ke depan menempel ke

tubuh Roni. Bahkan kedua tangannya akhirnya melingkar, memeluk tubuh

pria muda anak teman baiknya tersebut kendati agak canggung.

Perubahan posisi yang dilakukan Bu Halimah dalam membonceng sepeda

motornya, diyakini Roni dilakukan wanita itu untuk mengurangi dingin

akibat hujan. Namun yang membuatnya risih dan kurang berkonsentrasi

dalam mengemudi, ia merasakan buah dada Bu Halimah jadi menempel ketat

ke punggungnya. Sepasang payudara yang ia yakin ukurannya cukup besar

itu, terasa empuk dan sesekali menekan punggungnya. Membayangkan itu,

gairah mudanya jadi terbakar.

Timbul pikiran nakal di kepala Roni. Saat tubuh Bu Halimah agak

merenggang, diinjaknya rem dengan mendadak. Seolah hendak menghindari

jalanan berlubang. Dengan begitu tubuh wanita yang diboncengnya

terdorong ke depan hingga kembali dirasakan tetek Bu Halimah menekan

punggung. Ia melakukannya berkali-kali dan berkali-kali pula tetek

besar Bu Halimah menumbuk punggungnya. Hasrat Roni jadi kian terpacu

dan fantasinya makin melambung.

Awalnya Bu Halimah mengira injakan rem dilakukan karena Roni benar-

benar tengah menghindari lubang. Namun setelah beberapa kali terjadi

dan dilihatnya jalanan yang dilalui sangat mulus, ia menjadi curiga.

Terlebih ketika ia disadarkan pada sikap Roni saat di warung yang

seperti tak lepas memadangi busungan buah dadanya. Menyadari itu, Bu

Halimah yakin Roni sengaja melakukannya agar buah dadanya merapat dan

menekan punggungnya.

Sejak lima bulan terakhir, terlebih sejak suaminya mengawini janda

muda, Pak Nardi memang sudah tidak menyentuhnya lagi. Ulah nakal Roni

membuat gairah Bu Halimah jadi terpicu. Puting teteknya mengeras

mengharap belaian dan remasan mesra. Tanpa sadar ia menggeser posisi

duduknya di boncengan sepeda motor. Maju ke depan, merapat serapat-

rapatnya ke tubuh yang memboncengkannya. Hingga buah dadanya menempel

ketat ke punggung Roni. Ia yakin pemuda anak temannya bisa merasakan

besarnya buah dada yang dimilikinya.

Seperti halnya Bu Halimah yang mulai terangsang gairahnya akibat buah

dadanya yang menggesek-gesek punggung pemuda itu, reaksi Roni malah

lebih jauh. Selama ini ia selalu membayangkan tetek Bu Halimah saat

beronani. Kini daging empuk dan kenyal itu menempel di punggungnya

hingga tak terasa kontolnya mulai mengeras di balik jins ketatnya yang

basah oleh hujan.

Hujan mengguyur kian deras dan bahkan mulai kerap ditingkahi oleh suara

guruh yang menggelegar serta kilat yang menyambar. Ketika dilihatnya

sebuah bangunan pos polisi hutan di pinggir hutan jati, Bu Halimah yang

menjadi ketakutan meminta Roni berhenti untuk berteduh. "Kita berhenti

dan numpang berteduh dulu Nak Roni. Takut ah kalau terus di jalan,"

ujarnya.

Bangunan pos polisi hutan itu kosong tanpa seorang petugas pun di

dalamnya. Ada bale besar dari kayu dengan alas tikar. Bahkan di lantai

bagian tengah bangunan ada semacam tungku dengan setumpuk kayu bakar

kering. Mungkin biasa dipakai para petugas untuk merebus air atau

menanak nasi. Sebuah tempat ideal buat berteduh di hari hujan dan cuaca

dingin karena di dalamnya bisa memanaskan diri dengan membakar kayu

dalam tungku.

Setelah mencopot jaketnya dan menggantungkannya pada paku yang menempel

pada tiang bangunan pos polisi hutan, Roni segera berusaha menyalakan

api dalam tungku. Untung ada sisa minyak tanah dalam keleng yang ada di

sudut ruang. Dengan bantuan korek Zipo-nya, api langsung menyala

membakar ranting-ranting kayu kering.

Tetapi berbeda dengan Roni yang mulai merasa nyaman dengan kehangatan

yang didapat dari posisinya yang berjongkok di depan perapian, Bu

Halimah terlihat gelisah. Ia berdiri mematung sambil bersedekap menahan

dingin. "Bude, kenapa di situ. Sini di depan tungku biar hangat,"

panggil Roni melihat wanita teman ibunya seperti menggigil kedinginan.

"Iya nih dingin banget. Eee .. Nak Roni, jaket kulitnya Bude pinjam

dulu ya. Kayaknya bagian dalamnya kering biar tubuh Bude agak hangat,"

ujar Bude Halimah.

"Oh silahkan-silahkan Bude, pakai saja," kata Roni. Bahkan dengan sigap

ia langsung berdiri mengambil jaket tersebut dan bermaksud membantu

memakaikannya.

"Nanti dulu Nak, Bude mau copot dulu semua baju ini. Soalnya celana

dalam dan kutang Bude ikut basah semua. Ta...... tapi kira-kira ada

orang ke sini nggak ya?," kata Bude Halimah lagi sambil memutarkan

pandangannya ke arah luar bangunan tersebut.

"Ah kayaknya nggak ada Bude. Nggak mungkin ada yang datang ke hutan di

tengah hujan deras begini,"

Meski agak ragu, Bu Halimah akhirnya membukai pakaiannya. Bukan hanya

jaket hitamnya yang basah. Kaos ketat warna krem yang dipakainya pun

tak kalah kuyup. Setelah Bu Halimah melepaskan jaket dan menaruhnya di

balai-balai yang ada, terpampanglah lekuk-liku tubuh wanita itu. Kaos

yang dipakainya memang kelewat basah hingga lengket ke tubuhnya. Roni

yang berdiri di belakang wanita itu berkali-kali menelan ludah karena

lekuk-liku tubuh di hadapannya menjadi seperti telanjang.

Namun yang membuat Roni kian gelagapan adalah saat setelah Bu Halimah

melepas kaos dan kutang hitamnya. Seperti yang diminta wanita itu,

seharusnya dari arah belakang Roni segera membantu mengenakan jaket

kulit yang dipegangnya. Tetapi tubuh telanjang di hadapannya kelewat

menarik untuk dilewatkan hingga Roni lupa dengan yang harus dilakukan.

Ia baru tersadar ketika Bu Halimah mengingatkannya.

"Bude kedinginan Ron, tolong jaketnya dipakaikan," ujar wanita itu. Ia

tampak menggigil kedinginan.

Tergesa Roni segera memakaikan jaket kulit miliknya. Menutupkannya ke

tubuh telanjang Bu Halimah. Namun karena kelewat tergesa, tanpa segaja

tangan Roni menyentuh tetek wanita itu. Payudara Bu Halimah yang

ukurannya cukup besar terasa empuk dan lembut. Bahkan jemari Roni

sempat pula menyentuh putingnya yang mencuat dan terasa agak keras.

"Ma.. maaf Bude, sa .. saya tidak sengaja," Roni berusaha menarik

tangannya setelah sesaat sempat menikmati kelembutan buah dada Bu

Halimah.

Tetapi anehnya, Bu Halimah seolah mencegahnya. Dipegangnya tangan Roni

dan tetap ditekankannya pada buah dadanya. Seolah memberi kesempatan

pemuda itu untuk menggerayangi teteknya. "Dingin banget ya Ron. Kamu

nggak kedinginan?"

"I.. iya Bude, sebenarnya Roni juga kedinginan," kata Roni menimpali.

Dari usaha Bu Halimah agar ia tidak melepaskan sentuhannya pada buah

dadanya dan pernyataannya soal kedinginan, Roni menebak wanita itu

membutuhkan sentuhan kehangatan. Namun ia tidak berani terlalu gegabah

mengingat perbedaan usia yang sangat jauh dan wanita itu adalah teman

dekat ibunya.

Karenanya meskipun ia sangat ingin meremasi tetek Bu Halimah yang sudah

ada dalam genggamannya, Roni tidak berani melangkah lebih jauh. Takut

dianggap kurang ajar dan berpengaruh pada hubungan baik ibunya dan Bu

Halimah.

"Tadi waktu di warung Roni ngelihatin tetek Bude terus kan? Juga

sengaja main injak rem agar tetek Bude nempel di punggung Roni kan? Kok

setelah ada di pegangan malah didiamkan? Bude sudah tua sih, jadi

teteknya udah nggak menarik bagi Roni," kata Bu Halimah lagi.

Pernyataan itu membuat Roni semakin yakin bahwa Bu Halimah mengharapkan

sentuhan kehangatan. Sekaligus mengingatkan agar Roni mengambil

insiatif melakukan sentuhan-sentuhan yang mengundang gairah. Maka

peluang itu langsung disambutnya. Tangan Roni yang semula hanya

menangkup memegangi busungan buah dada wanita itu, kini mulai berani

meremasinya. Remasan yang tidak hanya memberi kehangatan pada diri Bu

Halimah yang sudah lama tidak disentuh suaminya, juga memuaskan dahaga

Roni yang selama ini hanya bisa membayangkan kemontokan busung dada

wanita itu saat beronani.

"Sa.. saya suka banget tetek Bude. Sebenarnya saya sering

membayangkannya khususnya kalau habis lihat Bude. Saya suka

membayangkan bentuk tubuh Bude kalau telanjang, pasti sangat

merangsang," ujar Roni semakin berani.

"Masa? Kalau begitu remaslah Ron, lakukan apa saja yang kamu suka pada

tubuh Bude. Sudah lama Pak Nardi nggak menyentuh Bude sejak tergoda

janda itu," kata Bu Halimah sambil membalikkan tubuh.

Kini, yang sebelumnya cuma hanya ada di angan-angannya benar-benar

terpampang di hadapannya. Tubuh Bu Halimah yang nyaris bugil karena

hanya tersisa celana dalam warna hitam yang masih dipakainya setelah

jaket yang dipakainya dibiarkan terjatuh ada di depannya. Ah tubuh Bu

Halimah ternyata benar-benar masih sangat menawan. Lebih dari yang

kubayangkan, begitu Roni membathin.

Postur tubuh Bu Halimah yang tinggi, montok dan berisi benar-benar

menawan di mata Roni. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun

menyerupai buah kelapa. Pinggangnya ramping dan makin ke bawah

pinggulnya yang masih terbungkus celana dalam warna hitam makin

membesar seperti gentong besar.


Tanpa menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Roni langsung menubruk dan

memeluk tubuh telanjang teman baik ibunya itu. Dengan rakus dihisap-

hisapnya puting susu kiri Bu Halimah dengan mulutnya. Puting berwarna

coklat kehitaman itu terasa mengeras di mulut Roni setelah dihisap dan

dipermainkan dengan lidah.

Kedua tangan Roni juga meliar di tubuh montok wanita itu. Sambil terus

menghisapi tetek wanita itu, tangan kanan Roni meremasi dan memain-

mainkan buah dada Bu Halimah yang lain. Sedangkan telapak tangannya

yang sebelah kiri merayap meremasi bongkahan pantat besarnya. Bu

Halimah menggelinjang, menahan gairah yang menjadi terbangkitkan. Ia

tak menyangka, pemuda anak teman baiknya ternyata menyimpan nafsu

terpendam pada dirinya.

Bila diperhatikan seksama, sebenarnya tanda-tanda ketuaan pada Bu

Halimah sudah sangat kentara. Wanita berambut sebahu yang bertubuh

tinggi besar itu, pada bagian perutnya sudah tidak rata. Agak membusung

dan sudah ada lipatan-lipatan kecil. Namun di mata Roni, itu tanda-

tanda kematangan pada wanita dan membuatnya makin terangsang.

Puas menghisapi tetek Bu Halimah dan meremasi bongkahan pantat

besarnya, perhatian Roni mulai tertuju ke selangkangan wanita itu.

Bagian di bawah perut yang tertutup celana dalam warna hitam itu,

tampak gembung dan membusung. Bahkan terbentuk sebuah celah membujur

karena celana dalam yang menutupnya melekat rapat karena basah kuyup

akibat air hujan.

Di bagian paling peka milik wanita itulah tangan Roni kini meliar.

Diusapnya perlahan memek Bu Halimah dari bagian luar celana dalam yang

masih membungkusnya. Roni yang memang belum pernah menyentuh kemaluan

wanita, seolah ingin menikmati dan merasakan setiap inchi dari busungan

memek wanita itu. Selama ini ia hanya melihat memek wanita dewasa dari

video porno yang sering dilihatnya.

Dijalari jari-jari tangan Roni di bagian yang paling peka, Bu Halimah

kian mendesah. Terlebih bukan cuma sentuhan-sentuhan di memeknya yang

membuat gairahnya terbangkitkan. Tetapi karena pentil-pentil teteknya

juga mulai menjadi sasaran kuluman dan hisapan pemuda itu.

"Ssshhh... sshh... aaahhh...ahhhh... terus hisap tetek Bude Ron.

Aaahhh... ee.. enak banget Ron, ya... ya terus .. terus hisap,"

Bu Halimah tak mau kalah. Sambil menikmati sentuhan jemari Roni di

memeknya dan hisapan pemuda itu di pentil susunya, tangan wanita itu

merayap berusaha membuka kancing celana pemuda anak teman akrabnya.

Akhirnya, setelah Roni membantunya dengan membuka kancing celana

jinsnya dan sekaligus memelorotkannya bersama CD nya, Bu Halimah

menemukan apa yang dicari-carinya.

Tanpa melihatnya Bu Halimah tahu ukuran ****** Roni tergolong besar dan

panjang. Terlebih jika dibandingkan dengan milik suaminya. Dibelai-

belainya batang ****** Roni dan kepala penisnya yang membonggol dan

sesekali dengan gemas ia meremasnya.

Demikian pula Roni. Tak puas hanya meraba dan mengusapi memek Bu

Halimah dari luar celana dalamnya, kini jari-jarinya berusaha

menyelinap mencari celah agar bisa menyentuh kemaluan wanita yang

seusia dengan ibunyaitu. Hanya karena celana dalam warna hitam yang

dipakai Bu Halimah kelewat ketat, Roni agak kesulitan untuk

menyingkapkannya.

Akhirnya, setelah melepas kulumannya pada puting-puting susu Bu

Halimah, Roni langsung berjongkok. Celana dalam warna hitam milik

wanita ia pelorotkan melewati pinggul dan pantat besarnya hingga sebuah

pemandangan yang sangat menggairahkan terpampang di hadapannya. Di

selangkangannya, di antara kedua paha membulat Bu Halimah terlihat

memeknya yang membusung.

Roni terpana sesaat. Seperti yang selama ini ia bayangkan, memek Bu

Halimah benar-benar besar dan tembem. Ia tak menyangka bisa mendapat

kesempatan untuk melihat dan menyentuh vagina yang oleh pemiliknya

telah dipangkas habis bulu-bulunya itu.

Peris di bagian pusar dan bawah perut wanita yang sudah tidak rata lagi

itu, sudah banyak lipatan dan kerut-kerut di permukaan kulitnya.

Sedangkan di bagian bawahnya lagi, yang merupakan bagian atas dari

memek Bu Halimah terlihat membentuk semacam gundukan daging dengan

permukaan yang lebar dan tebal. Sebenarnya Roni ingin meminta Bu

Halimah membuka dan merenggangkan kakinya yang yang berdiri merapat

agar pahanya terbuka hingga ia bisa melihat seluruh bagian memeknya.

Karena dalam posisi berdiri merapatkan kaki, memek teman ibunya tidak

terlihat sampai keseluruhan lubangnya.

Seperti balita baru mendapatkan mainan baru yang menarik hatinya, Roni

mulai mengusap-usap gundukan daging yang terasa hangat di telapak

tangannya. Roni agak grogi saat mengusapi vagina Bu Halimah. Usapannya

perlahan karena ia baru pertama kali menyentuh bagian paling merangsang

pada tubuh wanita tersebut hingga Bu Halimah mengira Roni kurang

menyukainya. "Bude kan udah tua Ron, jadi memeknya udah agak peyot.

Pasti jauh merangsang di banding punya pacar Roni ya?"

"Eng... enggak Bude. Sungguh punya Bude merangsang banget. Saya sangat

suka. Saya belum punya pacar dan baru kali ini menyentuh yang seperti

ini Bude," ujar Roni.

"Masa? Kalau melihat?" Kata Bu Halimah

"Kalau di film BF sering. Ju.. juga saya pernah mengintip dan melihat

memek Bude. Waktu itu Bude mandi numpang mandi di rumah. Saya seneng

banget sekarang bisa melihat dan memegang langsung,"

Bu Halimah senang sekaligus bangga mendengar jawaban jujur Roni. Ia tak

menyangka anak teman baiknya selama ini menjadi pengagum dirinya secara

diam-diam. Ia yang tadinya ragu dan malu untuk memperlihatkan seluruh

bagian memeknya dengan merapatkan kakinya karena takut mendapat

penolakan dari Roni menjadi percaya diri. Direnggangkan dan lalu

diangkatnya kaki kanannya serta ditumpukannya pada pinggiran bale kayu

yang ada di dekatnya hingga terpampanglah seluruh bagian memeknya di

hadapan pemuda itu.

Roni kian terperangah. Lekat-lekat ditatapinya memek Bu Halimah. Di

bagian tengah yang menggunduk ada celah memanjang dengan bagian daging

yang menebal di bagian bibir luar memek Bu Halimah. Warnanya coklat

hitaman, berkerut-kerut dan mengeras seperti bagian daging yang sudah

kapalan. Kontras dengan warna daging merah muda di bagian dalam yang

terlihat agak basah.

Di bagian atas mendekati ujung celah lubang memek itu, sebentuk

tonjolan daging sebesar biji jagung tampak mencuat. Mungkin ini yang

dinamakan itil, pikir Roni membatin dan itu kian membuatnya terangsang.

Rupanya bagian itu kelewat menarik untuk dilewatkan hingga Roni

tergerak untuk menyentuhnya. Diawali dengan mengusap-usap bibir luar

memek Bu Halimah yang berkerut dan terasa kasar, ujung jari Roni mulai

menelusup masuk ke celahnya lalu menyentuh dan menggesek-gesek tonjolan

daging mungil itu.

Mendapat rangsangan di bagian paling peka pada kelaminnya, Bu Halimah

yang sudah cukup lama tidak dientot Pak Nardi suaminya, tubuhnya

menjadi tergetar hebat. Terlebih ketika itilnya mulai dipermainkan Roni

dengan intensitas sentuhan yang makin kerap. "Ooouuww.. sshh... sshhh

..ahhh..ahh.. ahh...ssshh. Itil Bude kamu apakan Ron? Ahhh...

ssshhhh....ssshhhh....akkhhhhh... enak.. banget Ron," lenguh Bu Halimah

mendesah.

Namun yang membuat Bu Halimah makin menggelinjang seperti cacing

kepanasan serta berkali-kali memekik tertahan menahan nikmat yang

tertahankan adalah tatkala dirasakan bibir memeknya serasa dilumat.

Karena sangat terangsang, Roni memang akhirnya melumat bibir luar

kemaluan Bu Halimah dengan mulutnya. Ia sebenarnya hanya meniru adegan

yang sering ditontonnya dalam adegan film mesum.

Tetapi ternyata, ulahnya itu membuat Bu Halimah kelojotan menahan

nikmat. Bahkan ketika Roni mengecupi dan menghisapi itilnya, erangan

dan rintihan Bu Halimah semakin kencang. Roni jadi semakin bersemangat.

Lidahnya tak hanya disapu-sapukan tetapi dijulur-julurkan masuk ke

kedalaman lubang nikmat Bu Halimah yang mulai terasa asin karena

banyaknya cairan pelicin yang keluar.

Merasa pertahanannya hampir jebol dan didorong keinginannya untuk

segera merasakan batang ****** Roni yang berukuran ekstra besar dan

panjang, Bu Halimah meminta Roni menghentikan aksi obok-obok memek dan

itil dengan mulut dan lidahnya. "Sshh.. sshh.. aahhh.. ahhh... ahhh.

Udah Ron, Bude nggak tahan." kata Bu Halimah sambil menarik kepala Roni

menjauh dari selangkangannya.

Lalu diajaknya Roni ke bale kayu tempat para penjaga hutan melepas

lelah. Di bale kayu itu, Bu Halimah langsung merebahkan tubuh telentang

dan membuka lebar pahanya. Roni tahu tugas yang menunggunya kini adalah

menyogok lubang memek teman ibunya yang memang sudah lama ingin

dinikmatinya.

Seeperti tak sabar Bu Halimah langsung menggenggam ****** Roni ketika

pemuda itu telah berada di atas tubuhnya. Ujung penis Roni yang

membonggol besar di arahkannya tepat di tengah lubang memeknya.

"Masukkan Ron.. ahhh ..ahhh Bude udah kepengen merasakan kontolmu,"

"Sa... saya juga Bude. Roni sudah lama pengen ngentot dengan Bude. Roni

suka memek Bude,"

"I.ii. iya Ron, cepat tekan dan masukan kontolmu," ujar Bu Halimah.

Akhirnya, Roni menurunkan pinggulnya. Ujung penisnya menyentuh bibir

luar memek Bu Halimah yang sudah menunggu untuk disogok. Tetapi karena

kepala ****** Roni kelewat membonggol dan berukuran cukup besar, tak

mudah untuk masuk meskipun memek Bu Halimah tergolong sudah oblong.

"Kayaknya ****** kamu gede banget Ron. Jauh lebih gede dibanding punya

Pak Nardi jadi agak sulit masuknya,"

"Te... terus gimana Bude?," Kata Roni bingung.

Namun Bu Halimah tidak kehilangan akal. Dikeluarkannya ludah dari

mulutnya dan ditampungnya di telapak tangannya. Lalu, ludah itu

dibalur-balurkannya di ujung ****** Roni agar bisa menjadi semacam

pelumas. "Udah Ron, masukkan lagi kontolmu tapi pelan-pelan ya,"

"Ii... iya Bude,"

Karena terburu-buru dan sama sekali belum pernah melakukannya, ujung

rudal Roni sempat meleset. Kepala penis pemuda itu terantuk di bagian

atas lubang memek Bu Halimah dan hanya mengenai itilnya hingga wanita

itu memekik. Baru setelah dipandu tangan Bu Halimah, sedikit demi

sedikit ujung ****** Roni mulai masuk dan akhirnya bleesss! ****** Roni

berhasil masuk sepenuhnya ke lubang nikmat itu setelah ia sedikit

menyentaknya dan membuat Bu Halimah kembali memekik.

"Sa... sakit Bude?"

"Eee .. enggak Ron. Bude cuma kaget. ****** kamu gede banget,"

Sudah sangat sering Roni membayangkan nikmatnya bersetubuh dengan Bu

Halimah sambil mengocok-ngocok sendiri kontolnya. Tetapi ternyata, jauh

lebih nikmat ngentot langsung dengan wanita itu. Batang kontolnya yang

telah membenam di lubang kenikmatan teman ibunya itu, terasa hangat dan

nikmat dijepit dinding-dinding vagina Bu Halimah.

Disogok ****** pemuda berukuran besar, wanita yang sudah lama tidak

menikmati permainan ranjang sejak suaminya menikah lagi itu mengulum

senyum. Senyum yang membuat wajah tuanya kembali kelihatan cantik dan

membuat Roni tergerak untuk melumat bibirnya. Ciuman itu langsung

disambut Bu Halimah dengan lebih panas. Lidah Roni yang terjulur

langsung dihisapnya hingga bukan hanya kemaluan keduanya yang beradu di

bagian bawah tetapi mereka juga saling hisap dengan kedua mulutnya.

Hari semakin gelap dan hujan yang mengguyur kawasan hutan jati kian

menderas diseling bunyi guruh yang sesekali menggelegar. Namun cuaca

buruk yang tengah berlangsung tak mempengaruhi panasnya gairah yang

tengah disalurkan pasangan itu. Desahan dan erangan nikmat yang keluar

dari mulut pasangan itu seolah ingin mengalahkan bunyi halilintar yang

menggelegar.

Bu Halimah benar-benar dibuat melayang dan dihantarkan pada kenikmatan

yang belum pernah dirasakan sebelumnya setelah Roni menaik-turunkan

pinggulnya dan memaju-mundurkan batang kontolnya di lubang memeknya.

Apalagi Roni juga sesekali menyelingnya dengan meremasi susunya yang

besar. Bahkan tidak jarang Roni juga memilintir dan memijit puting

teteknya yang membuatnya merintih menahan nikmat.

"Terus Ron... sshhh..... ssshhh.... aahh.... aahhh... enak banget

entotanmu Ron. Ssshhhh... sshhhhh.... Bude nggak pernah merasakan

seenak ini bila dengan Pak Nardi. Aaahhh..... aaauuwww.... sshhhh...

sshhhhh,"

Dulu, semasa Pak Nardi belum kena pelet dan akhirnya mengawini seorang

janda, sikap Bu Halimah dalam melayani suaminya sebenarnya tergolong

biasa-biasa saja. Apalagi Pak Nardi tergolong kurang potensinya dalam

urusan ranjang. Hingga ia merasa tidak perlu menservisnya dan dalam

melayani sekadar asal suami bisa muncrat saja air maninya.

Namun menghadapi Roni dengan tenaga muda serta kekerasan batang

kontolnya yang mampu membuatnya merintih nikmat, Bu Halimah merasa

harus memberikan respon yang sepadan. Maka sambil menggoyang pinggul

dan memutar-mutarkan pantat besarnya, otot-otot bagian dalam memeknya

juga ikut dikejut-kejutkan hingga mampu mencengkeram kuat batang ******

pemuda itu. Apa yang dilakukan Bu Halimah membuat batang ****** Roni

serasa dihisap hingga memberi kenikmatan tiada tara.

Permainan panas keduanya mendekati puncaknya setelah irama goyangan dan

hunjaman yang berlangsung dalam gelap mulai tidak teratur. Roni mulai

menancapkan batang kontolnya di lubang memek Bu Halimah dengan

sentakan-sentakan. Sementara Bu Halimah sesekali mulai mengangkat

tinggi-tinggi pantatnya.

"Sshhh... ookkkhhh.... oookkkk.. enak banget... enak banget. Ahhhh....

ahhh... ssshhh terus Ron... enak banget. Akhhh.... bude hampir keluar..

Ron... ohhhkkhhhh,"

"Roni juga Bude... aahhhh..... aahhhkk.... terus hisap Bude. Akhhhh....

ya.... terusshhhh.... akkhhh memek Bude anak banget,"

Akhirnya, diawali dengan tubuh mengejang Bu Halimah akhirnya

menggelepar menikmati orgasme yang didapatnya. Ditandai dengan semburan

hangat dari setiap sudut di lubang vaginanya membasahi batang ******

Roni. Seperti halnya Bu Halimah, di saat yang hampir bersamaan Roni

juga merasa tak mampu lagi membendung apa yang ingin dimuntahkannya.

Setelah mengerang menahan nikmat tiada tara yang didapatnya, Roni

akhirnya ambruk di tubuh montok wanita itu. Tak kalah banyak, air mani

Roni juga menyembur bak lahar panas. Membanjir berbaur dengan cairan

yang keluar dari lubang memek wanita teman dekat ibunya. Keduanya baru

menyadari bahwa hari telah beranjak malam setelah beberapa saat melepas

lelah dari permainan nikmat yang baru dilakukan.

Dalam gelap dan hanya diterangi sinar dari nyala api di tungku perapian

yang ada di tempat berteduh penjaga hutan itu, Roni segera mengumpulkan

pakaiannya untuk dikenakan. Begitu juga Bu Halimah. Setelah semua

pakaian dikenakan, Roni langsung menstater motornya dan melesat

menembus kegelapan hutan jati. Hanya, sepanjang perjalanan pulang

keduanya terdiam membisu.

Suasana kaku itu baru cair setelah Roni menghentikan motornya karena

berniat membeli rokok di sebuah kios di sebuah kampung. "Nih pakai uang

Bude saja Ron," kata Bu Halimah menyodorkan lembaran seratus ribu

rupiah.

Roni membeli sebungkus rokok dan dua botol air mineral yang langsung

ditenggaknya. Botol air mineral yang lain disodorkannya kepada bu

Halimah sambil menyerahkan uang kembalian. Namun Bu Halimah hanya mau

menerima air mineralnya saja yang juga langsung dibuka dan diminumnya.

"Kembaliannya kamu kantongi saja untuk beli bensin," ujarnya.

Setelah kembali berada di atas sepeda motor, Bu Halimah kembali membuka

percakapan. "Kok Roni diam saja sih. Nyesel ya melakukan itu dengan

orang setua Bude?"

"Ih enggak Bude. Sungguh. Roni diam karena takut Bude marah. Sungguh

Roni sangat senang berkesempatan berdua dengan Bude seperti tadi," kata

Roni.

Bu Halimah yang sempat canggung, kini kembali merapatkan posisi

duduknya dalam membonceng dan tangannya memeluk tubuh Roni dari

belakang. Sikap mesra keduanya mirip sepasang kekasih yang tengah

menikmati masa-masa indah berpacaran karena angan mereka melambung pada

bayang-bayang kenikmatan yang baru direguknya.

TAMAT

Jumat, 10 Mei 2013

Aku Uji Dengan Ibuku Part 2

Posted by at 12.24


Ini seharusnya tidak mengambil yang lama. Hanya ada satu hal yang Anda harus ingat bahwa sangat, sangat penting. Anda harus ... bagaimana cara mengatakan ini ... Anda harus menarik keluar ketika Anda merasa um Anda, orgasme Anda akan datang. Anda tidak bisa menembak sperma Anda ke saya, karena saya akan hamil dengan bayi Anda dan kita tidak bisa memiliki "Jimmy tersenyum seolah-olah dia hanya mengatakan bahwa ia telah membeli dia mainan baru untuk Natal.". Ibu Gotcha ! Aku akan memastikan aku menarik keluar seperti Anda mengatakan "Diane menarik di depan sekolahnya dan memberinya pelukan.". Sayang OK have a nice day. Saya akan menjemput anda di 3:15 dan apa pun yang Anda lakukan, jangan memberitahu siapa pun tentang ini "Jimmy mencium ibunya di pipi dan melompat keluar dari mobil.. Dia tidak bisa percaya bahwa mereka hanya memiliki percakapan itu dan yang dia tampak begitu tenang dan dikumpulkan tentang berhubungan seks dengan ibunya sendiri Saat ia mengusir dari tempat parkir ia merasakan kelembaban, akrab tidak nyaman di antara kakinya.. Dia mengabaikannya, berharap akan hilang sendiri.

Diane mengambil Jimmy dari sekolah dalam perjalanan pulang. Karena mereka telah berbicara begitu bebas tentang seks sebelumnya dia memutuskan untuk menanyainya tentang pornografi ia menyebutkan menonton. "Sayang, dari mana Anda mendapatkan Anda dari porno dan jenis itu?" Jimmy ragu-ragu tapi tidak ingin terlihat malu-malu. "Yah, aku hanya pergi di internet dan download saya mendownload semua jenis barang.. Saya akan menunjukkan kepada Anda jika Anda ingin melihat." Diane bahkan mengejutkan dirinya sendiri ketika ia berkata, "OK, setelah makan malam saya akan datang ke kamar dan check it out."

Setelah mereka semua makan, Diane mencuci piring dan mencuci nya. Sekitar pukul sembilan malam dia pergi ke kamar Jimmy tapi kali ini dia tidak menyebutkan kepada suaminya apa yang sebenarnya terjadi di sana untuk. Dia mengetuk dan Jimmy menyuruhnya masuk "Hei madu, what'cha doin?" "Oh ibu apa-apa hanya mengobrol dengan beberapa teman online." Diane melenggang ke meja anaknya dan bersandar di dekat sebelahnya. Dengan mengedipkan mata dia bertanya, "Kau ingin menunjukkan apa yang kita bicarakan sebelumnya?" Jimmy tampak bersemangat dan pindah kursor dan mengklik beberapa kali dan membuka folder favoritnya penuh porno. "Lihat Ibu, saya punya beberapa porno yang lebih tua di sini dan beberapa gadis di hal gadis di sini." Dia double klik dan media player memenuhi layar. Segera setelah itu, adegan dibuka dengan berambut cokelat dan pirang di tempat tidur bersama. Tubuh mereka terjalin saat mereka berciuman dan mulai menanggalkan pakaian satu sama lain. Diane memprihatinkan tetapi lebih tertarik di tempat lain saat dia melihat anaknya menggeliat di kursinya.

Diane memecah keheningan canggung. "Apakah ini jenis favorit Anda Dengan dua anak perempuan?" Jimmy menjawab dengan "ya" yang terdengar seperti katak berada di tenggorokannya. The porno berlanjut dan semakin lebih eksplisit. Seorang gadis itu telentang dengan penyebaran kakinya dan yang lainnya sedang makan keluar. Anaknya ditawarkan headphone-nya supaya dia bisa mendengarkan. Diane tidak benar-benar ingin melihat atau mendengar semua ini meskipun dia tiba-tiba menyadari dia tidak bisa ingat kapan terakhir kali suaminya melakukan ini untuknya. Dia tidak ingin melihat lagi karena ia tidak menemukan ini sangat menarik. "Oke sayang, aku sudah muak dengan ini Um ... apakah Anda memiliki beberapa film porno, Anda tahu, normal?." Jimmy diklik sekitar dan pemandangan baru dibuka. Tampaknya lebih amatir.

Seorang pria tampan telah membungkuk wanita di atas sofa mereka dan mereka akan hal itu doggy style. Sudut tidak berubah tetapi Diane terpaku. Beberapa menit tenang berlalu. Jimmy menarik napas dalam. Diane mengintip ke bawah dan melihat tonjolan di celana pendeknya. Dia segera memalingkan muka, kembali ke pasangan di layar. Tiba-tiba pria tersebut menarik pinggulnya ke belakang dan menarik dirinya keluar dan ke atas dan dengan upacara besar menembak beban terpendam nya seluruh punggung istrinya dan pantat. Sudut kiri ada imajinasi.

"Apakah Anda melihat bahwa, Jimmy?" Diane menunjuk layar. "Itulah yang harus Anda lakukan. Besok, maksud saya Anda harus menarik keluar seperti yang dia lakukan.." Putranya tidak mengatakan apa-apa. Dia bernapas terlalu keras untuk menanggapi. Diane berdiri di ruangan gelap dan tiba-tiba menyadari betapa dihidupkan dia. Dia bisa merasakan panas-nya di antara kakinya. Dia berkeringat seluruh. Dia merasa menggigil berjalan atas dan ke bawah tulang punggungnya. Dia takut dengan anaknya akan mencium bau sehingga dia mencium kepala, mengucapkan terima kasih atas acara itu, dan mengucapkan selamat malam.

Hari berikutnya Diane mengambil anaknya dari sekolah dan pergi langsung ke kantor Dr Hamsley itu. Mereka duduk diam selama 10 menit di ruang tunggu jarang penduduknya sebelum Dr Hamsley memanggil mereka saat ia berjalan keluar dengan seragam putih dokter nya. "Halo Bu, halo Jimmy, Apa kabar kalian hari ini?" Diane tidak bisa membantu tetapi melihat bagaimana luar biasa ia tampak ceria. "Kami cukup baik tetapi ... kami sedikit gugup." Ia menatap putranya dan mengacak-acak rambutnya dengan tangannya. Dr Linda membawa mereka ke lorong utama. "Aww, baik, tidak ada yang perlu ditakutkan Jimmy Saya akan merawat Anda.." Dia berbalik menghadapi Diane saat mereka mencapai kantornya.

"Jadi, siapa yang akan menjadi gadis beruntung hari ini? Akankah dia segera datang?" Diane menarik napas dalam-dalam untuk collectherself sebelum menjawab. "Aku Saya. Akan melakukannya." Dr Hamsley agak sedikit terkejut tetapi berhasil bertindak secara profesional. Dia melihat di lorong sebelum menutup pintu ke kantornya. "Yah OK, setuju, tidak ada masalah dengan saya Bu." Dia membungkuk dekat dan diam-diam berkata, "Tapi jangan bilang siapa-siapa bahwa aku membiarkan kalian berdua untuk melakukan hal ini, mengerti?" Dia berbalik dan menyatakan dengan sangat antusias, "Sekarang, jika kalian bisa mendapatkan pakaian yang akan menjadi besar saya hanya memiliki beberapa hal yang cepat untuk mengurus dan kemudian saya akan segera bersama Anda.." Dia duduk di mejanya dan mulai mengisi kertas.

Diane melepas jaketnya dan meletakkannya bersama dengan tasnya di bangku dekat meja kertas ujian tertutup. Berikutnya ia bekerja roknya off. Jimmy membuka kancing sepatu dan menjatuhkan celananya dengan bunyi lembut. Dia tidak bisa menjaga pandangan dari ibunya. Pipinya merah bit. Dr Hamsley sedang mempersiapkan dokumen-nya seperti tidak ada yang luar biasa akan terjadi. Seorang ibu dan anaknya baru saja akan bercinta di kantornya tapi dia bertindak seakan-akan ini adalah bukan masalah besar. Diane bertanya-tanya apakah suaminya benar. Apakah dia hanya cabul? Bagaimana jika ada kamera rahasia di sini? Bagaimana jika dia akan menonton dan masturbasi untuk itu? Atau menempatkan ini di internet? Atau menggunakannya untuk pemerasan? Tidak Itu gila. Dia mempercayainya. Dia temannya. Dia telah mengenalnya selama bertahun-tahun. Dia menghela napas, mencoba untuk membuat kupu-kupu di perutnya terbang.

Seperti Jimmy meluncur celana dalamnya dari kakinya dia sebagai telanjang seperti saat dia dilahirkan. Dia terus eying ibunya masih berpakaian nyaris keluar dari sudut matanya. Dia menundukkan kepala karena malu dan melihat bahwa penisnya benar-benar lembut. Dia mencoba untuk menutupinya dengan tangannya. Dia tidak ingin Linda atau ibunya melihatnya. Dia tidak bisa mendapatkan keras karena bagaimana gugup dia. Dr Hamsley bangkit dan berdiri di samping Jimmy, menonton Diane saat ia selesai mengambil rok liburnya. Diane bertanya, "Dr Hamsley, apakah Anda pikir saya bisa meninggalkan bra saya? Maksudku tidak perlu untuk itu semua untuk pergi, kan?" Dr Hamsley berharap menenangkannya. "Oh pasti, Anda dapat meninggalkan mereka pada, apa pun yang membuat Anda nyaman. Tapi Anda perlu untuk menghapus semuanya dari pinggang ke bawah ... termasuk," kata dia, "celana Anda."

Diane melakukan apa yang diperintahkan dan menurunkan celana dalamnya perlahan-lahan. Ketika mereka melewati lututnya ia tahu ia bisa menghentikan semua ini jika ia ingin. Tidak, pikirnya, ini adalah penting. Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini tidak akan menjadi masalah besar ketika melihat dari masa depan tapi ia tidak percaya dirinya sendiri. Dia melemparkan celana dalamnya di bangku Dr Hamsley itu atas sisa pakaiannya. Dia merasakan tatapan panas anaknya saat ia melirik bentuk telanjang. Dia mencoba memiringkan dirinya sehingga dia tidak bisa melihatnya sama sekali.

Dia menyadari bahwa dia harus berbicara dengan Dr Linda. Dia harus mengatakan padanya bahwa dia tidak minum pil. Kedua wanita itu di sudut, berbicara dengan nada berbisik. Jimmy tak mau melihat ibunya sudah bulat, pantat indah. Dr Linda tertawa, mencoba meyakinkan Diane. "Oh, jangan khawatir tentang itu. Itu sangat normal dan akan segera sini untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.. Kita perlu sampel pula."

Dr Linda dipandu kembali Diane lega pada anaknya. Dia menepuk-nepuk meja periksa dan menyuruhnya naik dan berbaring telentang. Kertas kusut saat ia disesuaikan dirinya dan membiarkan berat badannya meresap Diane duduk sedikit untuk melihat apa yang terjadi saat merasakan Dr Linda posisi kakinya dalam dua pemegang kaki sehingga dia sekarang tersebar terbuka lebar untuk putranya untuk melihat di bawah cahaya keras dari ruang pemeriksaan. Dia memiliki rambut gelap di vaginanya. Bibir lemak jarinya berkilau dan buncit. Garis cokelat nya sudah jelas. La berharap bisa menyusut. Dia tidak ingin anaknya atau bahkan Dr Linda melihatnya cara ini, sepenuhnya terkena.

Dia merasa udara dingin ruangan sebagai panas antara kakinya terpancar pergi. Jimmy, sementara itu, terlalu malu untuk melihat di antara kaki terentang ibunya, tempat ia keluar dari, tapi ia terus mencuri pandang terhadap penilaiannya lebih baik. Diane melihat Jimmy dan melihat bahwa penisnya benar-benar lembek dan yang ditutupi oleh tangannya bergetar. Dia berbicara kepada anaknya selama situasi aneh dari kehidupan mereka, mencoba untuk tanah sendiri. "Anda Ok Sayang, apakah Anda sedikit gugup?" Anak naif nya merintih di respon.

Dokter Hamsley memandang Diane. "Jika kalian ingin aku biarkan selama beberapa menit aku akan menunggu di luar pintu sampai Anda siap." Diane tampak lega. "Terima kasih Dokter, kami akan sangat menghargai itu." Linda keluar dari kantor dan lembut menutup pintu. Diane mengatakan kepada anaknya untuk berjalan ke tangga dan berdiri di antara kakinya. Matanya dialihkan. "Ini manis OK, tak seorang pun akan tahu tentang hal ini, Anda hanya perlu melakukan ini selama beberapa menit Linda berhubungan dengan hal-hal ini sepanjang waktu., Tidak ada alasan kita harus membuat kesepakatan besar dari ini. Saya tahu berbeda itu dan menakutkan tapi aku janji semuanya akan beres. " Jimmy terengah-engah.

"Saya tahu Ibu tapi ... tapi ... saya tidak bisa keras sekarang Lihat.." Dia berhenti menyembunyikan masa kecilnya dengan menghapus tangannya. Itu lunak seperti adonan. "Saya tidak tahu mengapa," lanjutnya. "Saya kira ini yang membuatku takut Anda menjadi ibu saya dan segalanya.. Saya bahkan belum pernah dengan seorang gadis telanjang sebelum Ibu dan untuk melihat ..." Diane memotongnya. Dia meraih dagu Jimmy dengan tangan kanannya dan menarik dia lebih dekat kepadanya. Dia sedang membungkuk di atas tubuhnya. Dia menariknya dalam untuk memecahkan es, ciuman penuh gairah. Dia dipaksa mulutnya terbuka dan memutar-mutar lidahnya di sekitar saat mereka bernapas hangat ke dalam masing-masing. Diane pecah ciuman mereka dan memohon, "Anda bisa menyentuh madu vagina saya Tidak apa-apa ...". Dengan itu ia meraih tangannya dan meletakkannya di atas gundukan hangat. Jimmy takut tapi sepertinya tahu apa yang harus dilakukan. Dia segera mulai geser jari di antara lipatan basah, canggung mencoba untuk menemukan di mana ia keluar bertahun-tahun lalu.

Tiba-tiba ia menemukan sesuatu, itu memberi jalan dan jari-Nya dalam dirinya. Ibunya tersenyum. "Lihat, tidak ada untuk itu bayi. Lihat, Anda kencing kencing semakin sulit juga madu." Ayam muda Jimmy yang kaku dan mengisi. Dia masih kecil tapi Diane gembira bahwa ia bisa mendapatkan anaknya terangsang seperti itu. Dia tahu dia memiliki ego yang rapuh jadi dia memastikan untuk menempatkan dia nyaman sehingga semuanya akan berjalan lancar. "Itu benar sayang, lihat itu Anda sudah besar, bukan?. Tidak ada yang perlu menjadi malu. Anda tidak perlu menyembunyikannya. Aku sangat bangga padamu madu, bayi saya sudah besar menjadi seorang pria, besar tampan.

Kau akan baik-baik saja "Jimmy tersenyum lebar.. Dia tidak menyembunyikan dirinya lagi. Diane bersandar ke meja kertas tertutup, puas dengan kemajuan anaknya. Dia menemukan meja empuk untuk menjadi lebih seperti tempat tidur. Dia pikir itu mengejutkan nyaman Anaknya terus jari tempat kelahirannya.. Diana terkejut betapa dia sangat menikmati sentuhan anaknya tapi pada diri sendiri ini adalah bagian dari proses. Ini tidak benar-benar berarti apa-apa. Dia mendesah dalam kesenangan sebagai anaknya mulai sadar mengelilingi clitorisnya. Dia mulai mencair.

Hal itu mendapatkan sedikit terlalu aneh untuk Diane. Dia senang anaknya mendapatkan kepercayaan dalam seksualitas tetapi ada batas untuk tempat ini harus pergi. Dia berteriak, "Dokter Hamsley Kami! Siap." Linda datang untuk melihat sebuah Jimmy tegak, seorang ibu telanjang, dan tangan anaknya di antara kakinya. "Yah, aku melihat kalian hampir dimulai tanpa saya," Linda tertawa kecil, seolah-olah ia digunakan untuk ini. "Saya melihat muda Jimmy siap untuk pergi, bagaimana dengan Anda Ibu?" Diane menarik tangan anaknya dan mendorongnya pergi. "Sudah cukup madu ... Ya. Saya siap untuk pergi." Linda membentang sarung tangan yang jelas atas tangannya sebelum memancing sesuatu dari laci. "Oke Bu, kita akan menerapkan sedikit minyak pada penis Jimmy jadi dia bisa ..." tapi sebelum dia bisa menyelesaikan Diane memotongnya.

"Saya tidak berpikir bahwa akan menjadi Dokter perlu." Dia tidak ingin mengejanya bagi dia atau terutama Jimmy. Linda melihat celah Diane dan melihat jus mengalir di atas pipi pantatnya dan semua jalan ke kertas. Linda memandang Diane dengan jenis seringai seksi dan mengedipkan mata. "Oke Bu, pasti, tampaknya Anda benar-benar siap untuk pergi, tidak ada masalah dengan saya. Semakin alami semakin baik untuk tes." Jimmy agak bingung. "Apa yang kalian bicarakan, Bu?" Diane cepat untuk mengakhiri jalan ini penyelidikan. "Ini madu tidak Mendekatlah, bukan?." Dia melakukan seperti yang diperintahkan, berdiri di samping meja, ujung kesalahan yg bodoh nya mengkilap di bawah lampu.

Diane santai, menatap langit-langit. Dokter Hamsley memegang dari sebuah remote yang terhubung ke tabel dengan kabel tebal. "Maaf Diane, saya membuat hal yang lebih nyaman bagi Anda." Sebuah bip kemudian dan seluruh meja itu bergerak, morphing menjadi bentuk yang berbeda sebagai Diane meluncur tubuhnya untuk mengakomodasi hal itu. Dia sekarang berbaring seolah-olah di dokter gigi, tapi masih sebagian besar di punggungnya.

Dr Linda menunjuk Jimmy. "Kita perlu persiapan Anda." Dia dihubungkan manset tekanan darah ke lengannya, membungkus erat-erat. Dia roda mesin di atas dan terhubung elektroda selama beberapa dada Jimmy dan punggung. Dia memeriksa mesin dan mengklik beberapa tombol. Baris dan nomor berlari di monitor berbagai. "Di sana, kami baik untuk pergi Jimmy,. Yang Anda siap untuk mulai sekarang?" Ia tertelan. "Sekitar sebagai siap karena saya akan pernah, saya-saya rasa."

"Naiklah ke mari, Jimmy," ia memberi isyarat dengan tangannya saat dia berdiri di depan meja. Dr Linda meletakkan tangan di kedua sisi tubuhnya, membimbing dia di antara paha ibunya. "OK Jimmy, jangan takut, saya akan membantu Anda Hanya berjalan ini tangga kecil -. Sangat baik - dan sekarang biarkan aku lihat!." Dengan sedikit peringatan dia dikelilingi kekakuan dengan tangan bersarung nya. Dia menarik kulup kembali, memeriksa dia. Diane melihat di dalam rasa ingin tahu. Ini pertama kali melihat nya dari dekat dari masa kecil anaknya mekar.

Testikel menggantung rendah. Ada rambut sedikit, meskipun ia mencatat segumpal whisps yang lebih tebal dan lebih luas daripada ini pada pandangan pertama. Ia melihat Dr Linda memijat bola anaknya, seolah-olah memeriksa sesuatu, tetapi Diane bertanya-tanya apakah dia bertahan di sana lebih lama dari yang diperlukan. Wajah Jimmy tenang luar biasa saat ia menatap ke depan, seolah-olah dalam dunia mimpi. Dia merasa panas di antara kakinya naik ke perutnya. Ini adalah terlalu banyak.

Dr Linda membungkuk Jimmy lebih sangat lembut sekaligus mendorong ke depan dengan sangat hati-hati. "Benar, hanya mendaki sampai di sana, berbaring di atas ibu Anda, persis seperti itu ... sangat baik Jimmy! Lihat, semuanya baik Tak ada alasan untuk khawatir.. Saya pikir Anda akan menikmati ini. " Dr Linda mencondongkan tubuhnya ke depan dirinya dan berliku-liku tangannya di antara kedua kaki Jimmy. Dia lembut ditangani empat incher Jimmy dan hati-hati menarik ke arah vagina ibunya sekarang kuyup. Dia menatap Diane dan bertemu matanya dan kemudian digosok kepala ayam Jimmy atas dan ke bawah panjang kewanitaan nya terbuka. Dia meletakkan tangan kirinya di pantat telanjang Jimmy dan hati-hati mendorongnya ke depan, sekitar seluruh penis dengan bagian dalam ibunya.

Linda memandang Diane lagi dan melihat wajah emosi campuran. Diane berbicara kepada anaknya, mencoba untuk membimbingnya dalam pengalaman, baru diketahui. "OK madu, sekarang hanya meningkatkan diri ... tidak, gunakan pinggul ... ya, begitu saja ... sekarang kembali dalam, di sana kita pergi, Anda mendapatkan menguasainya." Jimmy melakukan seperti yang diinstruksikan. Dia tidak suka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan di depan kedua wanita yang lebih tua tapi dia ingin menunjukkan kepada mereka bahwa ia bisa belajar dengan cepat dan bahwa dia lebih dewasa daripada yang mereka pikir. "Seperti ibu ini?" dia terengah-engah di antara napas sambil memutar pinggulnya ke dia. "Ya ... sayang ... hanya seperti itu." Jimmy melihat nada yang berbeda dalam suara ibunya. Sesekali ia akan bertemu matanya. Mereka mulai mendapatkan berair sekarang.

"Bagaimana rasanya, sayang?" Diane bertanya anaknya. Jimmy memiringkan kepalanya untuk berbicara. "Bu, Anda merasa benar-benar baik saya sudah. ... Pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya ..." Dr Linda mengambil gelas plastik kecil dan berbicara. "OK Jimmy, hanya melanjutkan gerakan yang Anda lakukan dan ingat, ketika Anda harus ejakulasi Anda harus menarik keluar dan mencoba untuk mendorong keluar air mani jauh ke dalam cangkir ini yang Anda bisa ... Jimmy OK? Ini sangat penting." Jimmy melesat maju lagi, memeluk kepalanya di antara payudara ibunya berpakaian sebagai anggota sensitif nya sangat dalam tempat anak pun seharusnya. "Aku mendapatkannya, Linda," sergahnya.

Sebuah suara, menampar cabul basah mengisi kantor kecil. Sumbernya tidak diragukan lagi. Dokter yang baik dipandang rendah tempat kejadian dan melihat Diane bernapas lebih berat daripada anak perawan nya. "Apakah Anda Ibu OK?" dia berbicara dengan nada sugestif dan dengan senyum samping. "Yeah, aku baik-baik saja Dokter ... berapa lama lagi sampai Anda memiliki tes Anda lakukan?" Diane mulai merambah keringat di dahinya. "Yah, sedikit Jimmy sini cukup muda Hanya beberapa menit lagi dan. Kami akan baik untuk pergi, aku yakin." Diane mulai merasa bersalah betapa dia sangat menikmati ini.

Jimmy bercinta - tidak, fucking, dia berkata pada dirinya sendiri, dengan cara yang sangat mekanis metodis. Mata Linda berada di perutnya telanjang dan vagina, membuat semuanya aneh itu. Dia mencoba menahan kenikmatan bangunan saat ia memaksa pikirannya di tempat lain. Dia mulai berpikir tentang semua hidangan dia meninggalkan di wastafel dan berapa banyak pekerjaan dia masih harus melakukan di dapur malam sebelum tidur. Tidak peduli seberapa keras ia mencoba tidak memikirkan anaknya ****** muda di vagina, orgasme terus bangunan. Sudah bulan - tidak, tahun - sejak terakhir kali suaminya bisa membuatnya merasa ini horny, ini ingin, ini panas.

Dia tahu dia squirter jika orgasme adalah listrik cukup. Tidak mungkin baginya untuk menutupinya karena dia cum akan mulai memuntahkan seluruh anaknya dan seluruh meja pemeriksaan. Dia merasa seperti dia membutuhkan Jimmy untuk cum pertama di semua biaya. Itu adalah satu hal untuk mengupas hambatan antara ibu dan anak dan bercinta dengan anak sendiri tapi tingkat yang baru malu untuk mengungkapkan betapa dia sangat menikmati itu kepada dunia.

Sebuah jangka waktu yang panjang telah berlalu. Diane mulai merasakan kenikmatan gemilang naik turun clitorisnya, pergi jauh ke tubuhnya. "Jimmy, madu, Anda bisa merasa cum Anda?" sebuah Diane bingung bertanya putranya, pertanyaan yang dia tidak pernah membayangkan keluar bibirnya selama dia hidup. "Um ... mungkin aku. Tidak yakin. Saya merasakan sesuatu jauh di dalam diriku tapi ..." Dr Linda tampak sedikit khawatir. "Jimmy, apakah Anda pernah mengalami ejakulasi sebelum Apakah Anda tahu bagaimana rasanya sebelum hal itu terjadi?" Jimmy mengerang melamun dan Linda tampak puas itu adalah "ya". Sementara itu, Diane tidak bisa percaya betapa baik ini adalah, tidak berapa lama anaknya yang berlangsung selama waktu yang pertama. Tangannya di belakang anaknya, dengan lembut menariknya ke dalam dirinya. Keduanya mengerang ke satu sama lain sesekali. Linda, jika tidak menikmati acara itu, akan melirik monitor untuk memastikan semuanya baik-baik.

"Jimmy, Sayang, bisa Anda mungkin mempercepatnya sedikit Dr Linda perlu menyelesaikan tes setelah semua ...?" Kedengarannya baik padanya pada awalnya, tetapi ia segera menyadari betapa merugikan ini akan rencananya. Jimmy mempercepat sialan dan Diane mendesis serangan gencar. The Doctor ditonton di, seakan memahami bahwa orgasme Diane adalah persis di bawah permukaan. Linda tersenyum dan berbicara lagi saat ia membaca mesin, "OK, tekanan darahnya sangat tinggi. Sepertinya semuanya dalam rentang normal untuk orang berhubungan seks.

Bagaimana kabarmu, Jimmy? Apakah Anda berpikir Anda siap untuk cum - eh, maksudku, ejakulasi, namun "Jimmy terengah-engah sekarang Keringat mengalir di punggung dan bola-nya yang merasa ketat.." Saya rasa begitu, saya pasti bisa merasakannya ... "Diane sedikit lega bahwa anaknya jelas-jelas semakin dekat dengan pembebasannya tapi dia punya masalah besar. orgasme wanita itu dalam perlombaan dengan Jimmy dan sialan nya lebih cepat tidak membantu dia cum secepat ia berpikir itu akan. Jika ada gerakan cepat ia sedang membuat tubuhnya bergesekan clitorisnya semakin banyak. Setiap stroke yang merasa seperti sambaran petir.

Pandangan Diane itu memutar-mutar. Rasanya seperti sedang jatuh. Dia meraih kertas mengelompok di bawah dengan kedua tangan sambil menjulurkan kepalanya ke belakang dan menatap ke dalam cahaya terang tertanam di langit-langit. Sudah terlambat. Tubuhnya tidak bisa lagi menahan perasaan yang sebenarnya. Memeknya mulai bergetar sebagai orgasme bumi menghancurkan bergelombang melalui tubuhnya. Vaginanya mulai memuntahkan air mani ke ayam muda Jimmy dan perut. Jus nya yang muncrat di lantai dan kertas pinggul indah nya Yorkshire melawan ke atas. Dr Linda belum pernah melihat ini sebelumnya dan hanya bisa mengucapkan sebuah "Oh ..." Diane mulai terengah-engah karena rahangnya turun saat dia mengerang terengah-engah. "Maaf Sayang, aku menyesal Dr Hamsley!"

Linda meyakinkannya, "Itu Ibu OK, ini membuat tes yang bahkan lebih berharga Sangat penting bahwa Anda mengikuti irama Jimmy, pastikan untuk tidak berhenti.." Jimmy di dunia yang berbeda. Penisnya sensitif adalah bola yang mendalam pada ibu sendiri dan vaginanya mencengkeram erat-erat. Dia menunduk dan mengambil di mata ibu seksi. Dia tidak pernah bermimpi perasaan seperti ini adalah mungkin. Dia merasakan sesuatu yang jauh di dalam dirinya berkedut dan menjadi terganggu. Dia tahu dia harus mengatakan sesuatu. "Bu Oooh, saya pikir saya merasakan sesuatu ... oh ya Mom, aku akan cum cum Aku mau!" Pinggul anak muda itu mulai punuk melawan ibunya bahkan lebih cepat. Keduanya sialan saling sembarangan. Mata takut Diane bertemu Linda. "Dr Linda Bantu aku!" Linda sudah bekerja saat ia berlari di belakang anak Diane dan mengaitkan lengannya di pinggang untuk memperlambat dia turun sebelum terlambat.

Pinggul Nya naluriah menonjol ke depan. Sulit untuk mengendalikan dia, seolah-olah dia adalah seorang banteng muda. Sudah jelas anak itu tidak ingin menarik keluar tapi dia bisa perlahan membasmi ayam licin Jimmy. Dia memegang anak muda di cengkeramannya, memegang dia tepat di atas vagina rentan ibunya. Dia sangat ingin masuk ke dalam untuk terakhir kali. Dr Linda mengulurkan tangan ke counter untuk gelas plastik sementara panggul mencengkeram Jimmy. Diane tidak bisa percaya ini terjadi. Dia masih kejang-kejang, kakinya berkedut nikmat saat dia naik dia orgasme sampai selesai dan melihat cabul ungu anaknya, ****** berlendir membuat semua lebih memuaskan.

Dr Linda canggung meraih muda anak Diane itu, tusukan berkilau dan mengarahkannya dekat tepi gelas plastik tapi dia mulai memuntahkan tali dari air mani sebelum dia bisa cukup mantap itu. Cum mulai terbang di udara tanpa adanya pengendalian. Para glob pertama kali mendarat di bagian dalam paha ibunya, kemudian beberapa lama, aliran tebal disiramkan tepat antara bibir vaginanya. Linda akhirnya berhasil mengendalikan penisnya meregangkan dan dipandu paruh terakhir bebannya ke dasar cangkir. Tangan bersarung Dr Linda sedang mengelus anggotanya ke dalam cangkir, berusaha susu dia sampai selesai. Sebagai erangan orgasme Jimmy mereda dia menarik dia dari ibunya. Dr Linda berbicara keras saat dia pergi ke lemari. "Maafkan aku Diane, kita harus membersihkan cum sebelum beberapa mendapatkan di dalam kamu.

Hanya tinggal dalam posisi itu. Apapun yang anda lakukan tidak bergerak. Santai saja. "Dia lari ke laci dan mengeluarkan beberapa jeli spermisida Dia duduk di antara kaki menyebar Diane dan, dengan tisu, mulai kuyup sampai air mani tebal Jimmy off dari vaginanya dan pubes.. Dr Linda meregang bibir vaginanya dengan tangan kiri dan masuk dalam dengan jarinya untuk menyeret keluar sperma yang merembes lebih dalam. Setelah dia mendapat terburuk dia menyebarkan dalam jeli spermisida-nya sementara kaki Diane gemetar dan perutnya yang naik turun karena dia panik pernapasan.

Beberapa menit kemudian Dr Linda bangkit dan menatap Diane. "OK, semua dibersihkan Itu sebuah kesalahan tak terduga dalam program ini tapi. Jangan khawatir, tak satu pun mendapat dalam diri Anda," dustanya. Diane menjawab dengan gembira, "Oh terima kasih tuhan Dokter saya benar-benar mulai khawatir ada untuk sedikit. Kau begitu baik pada apa yang Anda lakukan. Saya tidak tahu bagaimana untuk membayar Anda." Dia bangkit dan mulai menarik celana dalamnya sampai kakinya. Dia meraih beberapa jaringan dan berjalan ke Jimmy.

Dia mulai menyeka penis setengah keras yang basah dari kedua jus mereka. "Anda OK madu Itu? Tidak seburuk itu?" Dia berbicara seolah-olah ia baru saja menerima tembakan sebagai lawan kehilangan keperjakaannya. Jimmy duduk di sana menikmati pijat ibunya di kemaluannya dan bola. Diane berbicara dengannya lagi. "Bangun konyol, kau baik-baik?" Jimmy tersentak dari trans dan akhirnya menanggapi. "Ya Bu saya baik itu tidak buruk, tidak ada ...". Dr Hamsley menimpali, "Anda berdua sangat baik dilakukan Kita harus hasil tes Jimmy besok sore.. Kalian meluangkan waktu Anda untuk membersihkan diri dan datang menemui saya lagi besok jam 2:30 AM. Memiliki bagus hari. "

Dengan mengedipkan mata dan kilatan tersenyum dia meninggalkan ruangan itu seperti tidak ada yang terjadi. Diane mengenakan rok dan disesuaikan atas dirinya. Dia membantu Jimmy berdandan. Tak satu pun berbicara. Dia merasakan kekakuan di mana air mani anaknya telah antara pahanya. Mereka bergegas menyusuri koridor panjang dan menuju tempat parkir. Pipi Diane dibakar. Rasanya seolah-olah semua orang tahu apa yang mereka lakukan.

Di setengah perjalanan pulang pikiran Diane sedang sakit mungkin anaknya. Sisi lain adalah rasa malu bagaimana ia tidak bisa menahan kegembiraannya saat sialan mereka. Jimmy akhirnya memecah kesunyian. "Apakah aku melakukan sesuatu yang salah, Bu?" Diane segera menjawab, "Tidak sayang, kau hebat."

"Maaf saya mendapat barang-barang saya pada Anda."

"Tidak ada yang perlu dimaafkan Sayang Itu ... baik, itulah yang pria.. Anda tidak dapat membantu itu."

Ada keheningan canggung yang perlu diisi.

"Jadi bagaimana dengan Anda, bayi Apa? Anda pikirkan pertama kali?" tanya anaknya.

Dia malu-malu menjawab, "Itu baik-baik saja ... tapi, apa semua hal yang keluar dari Anda ... Anda tahu."

"Yah madu, itulah yang terjadi pada beberapa perempuan ketika dia berhubungan seks dan dia menikmati itu dan dia orgasme, sama seperti Anda lakukan hari ini Anda tidak dapat membantu di mana ia pergi, kan?."

Hal ini menggelitik rasa ingin tahu Jimmy. "Kok saya belum pernah melihat yang terjadi dalam film saya? Anda hanya melihat pria finish Seperti yang saya lakukan.."

Diane menjawab terlalu cepat tanpa berpikir. "Karena anak perempuan di porno bertindak." Dia menyadari apa yang dikatakannya sekarang.

"Jadi itu berarti Anda menikmatinya, Bu?"

"Yah, itulah yang saya ingin berbicara kepada Anda tentang saya memberi tahu ayah Anda tentang apa yang akan kita lakukan pada dokter. Yang jadi dia tahu semua tentang ini. Saya tidak berpikir dia akan, tetapi jika ia meminta Anda tidak memberi tahu apa pun yang terjadi. Jangan katakan padanya bahwa Aku datang Jangan bilang padanya aku membuat berantakan. Jangan katakan padanya berapa lama.. Katakan padanya hanya butuh satu atau dua menit OK madu.? "

Jimmy akhirnya memahami apa yang ia katakan padanya. "OK Ibu Tidak masalah.. Aku kembali Anda." Dia merasa bahagia bahwa ibunya menikmatinya sebanyak yang ia lakukan. Itu membuatnya merasa kurang malu.

Setelah mereka sampai di rumah Diane dimasak makan malam bagus mana setiap orang duduk dalam keheningan melalui cukup banyak. Lisa nyaris tidak pernah berbicara di meja tapi bahkan dia merasa seperti memecah kesunyian. "Semua orang malam ini OK Mengapa kalian semua begitu tenang?." Brian akhirnya berbicara. "Saya hanya madu sedikit lelah, aku akan tidur." Brian berdiri, berjalan ke dua anaknya dan mencium mereka masing-masing di dahi. Segera setelah Lisa membersihkan dapur Diane pergi tidur sendiri. Dia memberi tip berujung ke kamar tidur berharap untuk menghindari percakapan dengan suaminya tentang apa yang terjadi di kantor Dr Linda tapi ia terjaga menunggunya.

"Jadi, ini Jimmy akan baik saja?" Diane agak kaget tapi lega pertanyaan pertamanya adalah bukan tentang kopling mereka. "Saya kira begitu dengan cara Dr Hamsley berbicara ia harus baik-baik saja, tapi kita akan tahu untuk besok yakin aku harus membawanya ke sana lagi.." Brian terkejut. "LAGI Sayang kita tidak bisa melanjutkan ini,? Ini benar-benar gila ..." Diane memotongnya. "Tidak, itu bukan apa yang Anda pikirkan, kita akan ke sana hanya untuk pemeriksaan ia wont harus melakukannya lagi padaku." Brian menghela napas lega. "Jadi bagaimana ini?" Diane berbalik kepada Brian "Bagaimana apa?" "Kau tahu, bagaimana ini Apakah kalian berdua gugup? Berapa lama dia terakhir saya maksud? Apa yang terjadi? Ceritakan detail yang mengerikan.?"


"Dia sedikit gugup karena pada awalnya ia tidak bisa keras karena dokter di sana, sehingga kemudian dia pergi selama beberapa menit dan kemudian ia baik-baik saja." Suaminya tidak puas. "Apa maksudmu, dia baik-baik saja?" Dia tidak ingin melanjutkan percakapan ini. Dia terdengar cemburu. "Bagaimana Anda bisa bertanya kepada saya pertanyaan itu, Anda tahu Brian, saya tidak terlalu suka nada Anda ..." Brian merasa dia benar sehingga ia meringkuk kepadanya dan meletakkan dagunya di bahunya. "Maaf sayang, aku hanya sedikit khawatir Anda benar.."

"Lihat, inilah yang terjadi jika Anda benar-benar ingin tahu Dia hanya berlangsung sekitar satu menit atau dua.. Dan kemudian dia datang ke cawan yang Dr Hamsley digunakan untuk pengujian. Itu saja. Itu bahkan bukan masalah besar." Brian tertawa. "Orang kecil itu cepat ya? Ya itulah cara saya pada usia itu. OK madu, aku minta maaf, aku senang semuanya bekerja untuk yang terbaik. Pastikan untuk menelepon saya segera dan saya kirim hasil ketika Anda pergi ke sana besok, oke? " Diane berbalik dan mencium bibir "Sayang OK, selamat malam."

Aku Uji Dengan Ibuku Part 1

Posted by at 12.23

Diane dan Brian Adams menikah muda. Segera setelah mereka bulan madu Brian mendapat promosi dan mereka membeli rumah yang lebih besar. Mereka beranjak pergi dari kota ke Long Island pinggiran kota. Diane adalah seorang ibu yang baik dan sangat dikhususkan untuk keluarganya. Kegiatan keluarga agak normal: piknik di pantai selama musim panas dan skating es selama musim dingin. Brian tetap unggul di tempat kerja yang dibayar dengan memiliki sedikit waktu untuk bersama keluarga sehingga Diane memainkan peran utama dalam membesarkan anak-anak mereka. Dia adalah seorang pengurus rumah yang besar dan ibu yang hebat.

Dia sangat protektif dan lebih suka bangun pagi untuk mengusir mereka ke sekolah kemudian percaya sopir bus sekolah. Ketika mereka membutuhkan bantuan dengan pekerjaan rumah itu sebagian besar wanita yang ada di sana. Ketika anak-anaknya jatuh sakit ia membawa mereka ke dokter. Dia adalah seorang wanita pragmatis yang mengerti bahwa pekerjaan suaminya adalah kunci dalam affording gaya hidup yang baik untuk anak-anaknya. Diane terutama pelindung di atas anaknya Jimmy. Sejak dia adalah seorang muda ia punya masalah kesehatan. Putri mereka yang lebih tua Lisa tidak perhatian utama mereka saat dia masih kecil sulit dan jarang pernah jatuh sakit. Selama bertahun-tahun Diane berakhir menghabiskan banyak waktu dengan dokter keluarga mereka, Dr Linda Hamsley. Dia adalah seorang wanita tajam dalam usia 30-an nya.

Bahkan pada empat belas tahun kesehatan Jimmy tua itu adalah topik sensitif dalam rumah tangga. Dia sering harus tinggal di rumah sakit karena ia tahu mudah tertipu ibunya ketika datang ke kesehatannya. Dia sering bermain sakit dan terbukti merupakan cara terbaik untuk mendapatkan lebih banyak tidur dan menghindari sekolah. Diane membawanya ke kantor Dr Hamsley untuk pemeriksaan rutin satu hari. Dia duduk di ruang tunggu selama sekitar setengah jam meninggalkan Jimmy Dr Hamsley. Linda keluar dan berjalan ke Diane. "Hei ... Diane akan Anda mengikuti saya ke kantor saya please?" Diane bangkit dengan ekspresi cemas di wajahnya dan diikuti Dr Hamsley lorong. Mereka memasuki kantornya pada akhir koridor panjang.

"Silahkan buat diri Anda nyaman," kata Dr Hamsley ke kursi di depan mejanya. Diane duduk. "Apakah Jimmy masih dalam ruang pemeriksaan dokter?"

"Dia masih ada, ya, itu tidak perlu khawatir, tapi saya khawatir tentang denyut jantung Jimmy Dia tampaknya menjadi sangat cemas dan berkeringat ketika saya memasuki ruangan.."

"Yah Anda adalah seorang wanita yang menarik, dokter, dan dia hanya nyaris memasuki masa remaja Anda tahu bagaimana hormon mereka berada pada titik ini.," Jawab Diane.

"Tentu saja, tapi aku tes darah tekanan beberapa dan mereka terbukti mengkhawatirkan Aku tahu itu adalah awal bagi Anda untuk berpikir tentang ini, tetapi. Saya prihatin tentang cara tubuhnya mungkin merespon selama hubungan seksual. Apakah dia punya pacar?"

Diane agak bingung mengapa dia akan khawatir tentang hal ini dan tidak, misalnya, berjalan.

"Tidak, aku tidak sadar dari pacar, mengapa Anda bertanya Dokter?"

"Nah alasan saya tanyakan adalah saya ingin melakukan beberapa tes pada Jimmy selama, well, tindakan Kita bisa melakukannya di ruang pemeriksaan pada awal minggu depan.. Sekarang saya belum menjelaskan hal ini kepada Jimmy belum jadi saya berharap Anda akan melakukan itu ketika kalian pergi dari sini, tapi kami tes ini sepanjang waktu dan itu bukan hal luar biasa dan alasan Anda belum pernah mendengar tentang tes ini karena kami mencoba untuk tetap sangat pribadi. Saya yakin Anda dapat menghargai bagaimana ini bisa menjadi topik sensitif ... Ini untuk yang terbaik jika kita bisa mendapatkan pada masalah ini sementara dia masih muda.. "

Diane tercengang. Dia tidak pernah berpikir anaknya dengan cara ini. "Apa katamu dokter ... bahwa Anda ingin melakukan tes pada anak saya ketika dia berhubungan seks dengan salah satu perawat di ruang pemeriksaan?" Dr Hamsley terkekeh. "Tidak Diane, Anda harus membawa salah satu pacar atau teman-teman keluarga baginya untuk berhubungan seks dengan. Akan lebih untuk tujuan pengobatan saja dan diingat itu akan menjadi kondom kurang seks agar Jimmy untuk mencapai tingkat hormon yang paling normal dan alami. Biasanya apa yang ibu lakukan adalah menemukan seorang teman keluarga dekat atau seseorang yang mereka tahu cukup baik sehingga cara tidak ada risiko dari PMS. saya akan berada dalam ruangan selama tes untuk memastikan semuanya OK. "

Diane berkata-kata tapi khawatir pada saat yang sama. "Dokter ini adalah sedikit konyol ..., bukan Mengapa tidak bisa kita hanya Jimmy um, Anda tahu, melakukan masturbasi saat Anda sedang menguji dia?? Maksud saya bukankah itu hal yang sama seperti dia memiliki, baik, seks? " Dokter dengan cepat menjawab. "Jelas tidak kegembiraan-Nya dan kadar hormon tidak akan hampir sama.. Ini benar-benar harus menjadi hubungan seksual yang sebenarnya."

"Bagaimana serius adalah dokter ini, saya berarti saya tidak punya petunjuk siapa aku mungkin bisa mendapatkan untuk tes ini saya kira saya harus berbicara dengan suami saya tentang hal ini.." Dr Hamsley menanggapi dengan nada pemahaman. "Itu bagus, Anda memberitahu siapa pun yang Anda perlu tahu, saya akan memberi Anda waktu Tapi Diane, saya tidak akan meminta Anda untuk melakukan hal ini jika saya tidak melihat masalah nyata di sana.."

Diane duduk diam sejenak. "OK dokter, jadwal kami untuk minggu depan pada hari Selasa setelah saya menjemputnya dari sekolah. Aku yakin aku akan menemukan seseorang saat itu."

"Tidak masalah saya yakin semuanya akan baik-baik dengan Jimmy.. Hanya saja lebih baik untuk memastikan daripada menyesal nanti."

Diane sopan tersenyum dan menjabat tangan dokter dan menuju ke lorong menuju ruang pemeriksaan. Dia mengetuk pintu dan Jimmy berteriak "masuk!" Diane membantunya berdandan dan berangkatlah mereka ke tempat parkir. Pada perjalanan pulang Diane sedang berpikir tentang bagaimana cara memberitahu Jimmy tentang hal ini.

"Sayang, kita memiliki janji Selasa depan setelah sekolah."

"Ah Bu, aku benci pergi ke dokter."

"Yah aku melakukan terlalu madu, tetapi penting untuk memastikan kita semua sehat."

Diana tidak bisa membantu tetapi berpikir tentang apa tes ini benar-benar terlibat. Dia mencari-cari pikirannya cara untuk mengurangi ini ke dalam percakapan. Tanpa berpikir ia berseru, "Sayang Anda belum pernah berhubungan seks, kan?" Jimmy terkejut dengan pilihan ibunya dari topik. "Ti-tidak ibu saya belum pernah." Diane melanjutkan, "Tapi apakah Anda tahu apa seks itu? " Jimmy menjawab seolah-olah dia merasa terhina. "Tentu saja Mom."

"Bagaimana Anda tahu?"

"Saya tidak tahu ... aku sudah mendengar dari anak-anak di sekolah membicarakannya."

"Apakah Anda pernah melihat film porno, Sayang?"

Jimmy meletakkan kepalanya ke bawah.

"Ya saya memiliki ibu."

"Yah tidak ada yang salah dengan bayi yang Ada baiknya bahwa Anda mendidik diri sendiri.."

Jimmy menanyakan pertanyaan untuk perubahan. "Mengapa kamu meminta semua ini, Mom?"

"Yah sayang, Dokter Hamsley ingin melakukan beberapa tes pada Anda saat Anda mengalami ... baik, seks Dia adalah sedikit khawatir tentang tekanan darah Anda dan cara tubuh Anda akan bereaksi ketika Anda mencoba untuk melakukannya.. Sekarang Saya tahu Anda belum pernah berhubungan seks namun tetapi kita harus menemukan seseorang untuk Anda. " Jimmy tertawa sekarang "Bagaimana kalau salah satu ibu perawat itu seorang gadis Rachel memiliki kaki yang sangat bagus." Diane retak tersenyum namun ingin tetap serius. "Ini bukan Jimmy lucu Anda bisa menjadi sakit parah untuk semua kita tahu.." Jimmy melihat ke luar jendela, kepalanya lagi.


Sudah 9:00 ketika mereka sampai di rumah. Setelah makan malam Diane bersiap-siap tidur. Dia memutuskan memberitahu suaminya apa kata dokter, dalam privasi kamar tidur mereka. Brian sudah setengah tertidur. Dia naik ke tempat tidur dan menepuk bahu meletakkan dagunya pada dirinya. "Sayang, Dr Hamsley meminta saya untuk melakukan sesuatu yang sangat konyol hari ini. Dia berkata bahwa dia prihatin denyut jantung Jimmy dan bahwa ia perlu dipantau selama hubungan seksual." Brian sudah bangun sekarang dan berbalik untuk berbicara dengan wajah istrinya dengan muka. "Apa maksudmu Bagaimana sih yang harus kita lakukan itu??" Diane melanjutkan. "Dia ingin aku membawa gadis ke salah satu kamar pemeriksaan mereka dan memiliki Jimmy melakukan intercourse pada dirinya Tanpa kondom,. Baik." Suaminya tak percaya.

"Apa maksudmu tanpa kondom?" "Itu harus seperti itu untuk tes untuk bekerja," jelas Brian Diane bingung.. "Tapi ini gila! Siapakah kita akan menemukan yang bersedia berhubungan seks dengan anak kami? Kapan kita harus melakukan ini dengan, sih? "

"Ini Selasa depan setelah sekolah."

"Saya kira kita bisa menemukan pelacur saat itu tapi ... tunggu, tidak ada jalan Anak saya tidak berhubungan seks dengan pelacur tanpa kondom.. Aku meletakkan kaki saya turun."

Dia mencoba menghibur suaminya dengan mengusapkan tangannya di atas bahunya. "Tidak apa-apa sayang, kita tidak akan memiliki bayi kami melakukannya dengan pelacur. Aku akan memastikan itu. "

Mereka duduk dalam keheningan selama sekitar lima menit dan kemudian Diane berbicara lagi. "Saya kira kita bisa memiliki Lisa melakukannya dengan Jimmy Aku tahu kedengarannya salah tapi saya tidak tahu apakah kita dapat menemukan orang lain dengan Selasa.."

Brian sangat menentang ini. "Tidak sayang, kita tidak bisa memiliki bayi perempuan kami pengalaman ini Dia terlalu muda untuk melakukan hubungan seks .... Terutama dengan kakaknya. Aku tahu dia lebih tua tapi ... mendengarkan, tidak apa-apa untuk anak yang akan melakukannya begitu awal dalam hidup tetapi tidak untuk bayi perempuan saya. " Diane tidak setuju. Dia cukup yakin putri mereka sudah berhubungan seks dengan anak di jalan tapi dia menahan diri. Diane menyadari ini adalah jalan buntu dan tidak ada gunanya berdebat dengan dia. Tapi kemudian dia memikirkan ide lain yang bahkan mengejutkan dirinya. Dia mengatakan tanpa berpikir. "Mengapa aku tidak bisa melakukannya? Aku bisa membiarkan dia melakukan aku."

Suaminya berpaling untuk melihat seolah-olah dia telah tumbuh kepala kedua. "Ini gila. Itu sakit. Apakah Anda yakin ini adalah satu-satunya cara dia bisa melakukan ini ... tes? Dokter ini terdengar lebih seperti orang aneh bagi saya. Mengapa kita tidak mendapatkan pendapat kedua dari orang lain "melompat Diane untuk pembelaannya."? Dia sudah dokter kami melalui madu tebal dan tipis. Anda tidak mengenalnya seperti yang saya lakukan. Saya tidak ingin keluarga saya akan dokter lainnya. Dia dokter terbaik yang pernah diambil anak-anak saya "Brian berbicara lagi.". Saya tidak tahu madu, semua ini yang membuatku takut. Anda yakin ingin benar-benar pergi melalui dengan ini? Tanpa kondom juga, ingat? Anda bahkan tidak minum pil. Bagaimana jika dia selesai dalam diri Anda? Pernahkah Anda memikirkan itu? Lalu kami punya beberapa masalah nyata untuk duduk dan menangani. "

"Jangan khawatir tentang madu itu, Dr Hamsley akan ada Dan bahkan mungkin perawat lain. Selain itu, Jimmy tahu segala sesuatu tentang Burung dan Lebah., Dia tahu bagaimana bayi dibuat, saya berbicara dengannya tentang hal itu di dalam mobil hari ini. " Brian sedikit lega tapi masih tampak terguncang. "Nah itu ditambah, kurasa. Anda benar-benar ingin melakukan ini, ya Mari kita berhenti berbicara tentang ini?. Kau tahu apa yang Anda lakukan. Aku percaya padamu." Diane mencoba menghibur suaminya. "Tidak apa-apa sayang, jangan khawatir, saya tidak akan membiarkan apa pun keluar dari tangan Setelah tes selesai kita akan menertawakannya.."

Pagi berikutnya Diane mengendarai anak-anaknya ke sekolah. Putrinya Lisa sudah berada di sekolah tinggi jadi dia mengantarnya pertama sehingga dia bisa berbicara dengan Jimmy satu-satu. "Sayang, ayahmu dan aku memutuskan bahwa yang terbaik yang Anda berhubungan seks dengan saya di pemeriksaan besok pada dokter." Jimmy melihat ibunya. "Um ... Mom Apa??" Pipinya berubah merah tua. "Anda yakin ingin melakukan itu Dengan saya? Aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Aku akan sangat malu." Diane kembali menatap dia melalui kaca spion. "Jangan khawatir sayang, aku akan memandu Anda melalui itu dan membantu Anda dengan segala sesuatu.

Aku Uji Dengan Ibuku Part 3

Posted by at 12.22



Hari berikutnya Diane kembali ke rumah dari menjatuhkan anak-anaknya off dan telepon berdering. Saat itu seorang perawat dari kantor Dr Hamsley itu. "Halo Ibu Adams, aku hanya menelepon untuk mengkonfirmasi bahwa Anda dan anak Anda punya janji lain hari ini jam 2:30." Diane adalah put off sedikit. "Ya, itu hanya untuk anak saya sekalipun." Perawat dikoreksi dia, "Tidak, aku minta maaf tapi Dr Hamsley agak sedikit prihatin dengan hasil tes dan ia mengatakan kalian harus kembali dan ulangi sesi Anda lagi saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini.." Diane berbicara dengan nada dikalahkan. "Tidak, tidak, aku benar-benar mengerti, terima kasih untuk memberitahu saya dan kami akan bertemu jam 2:30 hari ini." Dia menutup telepon.

Jantungnya berdebar kencang. Apakah para perawat tahu bahwa dia kacau anaknya sendiri? Apakah dalam file di suatu tempat? Dia mulai panik tapi akhirnya memutuskan untuk tidak memberitahu suaminya. Pada pukul 2 dia mengambil Jimmy naik dari sekolah lebih awal dan melepas menuju kantor dokter. "Anda memiliki waktu yang baik di madu sekolah?" tanyanya sambil mencium dahi. "Lumayan, Bu." Mereka melaju dalam kebisuan untuk beberapa saat maka Diane berdeham. "Sayang, tempat praktek dokter yang disebut hari ini dan saya minta maaf tapi kita akan harus mengulangi sesi kita hari lagi." Jimmy mencoba tidak terdengar bahagia. "Apa maksudmu Bu, apa masalahnya?"

"Yah ternyata dokter menemukan beberapa hasil yang tidak memuaskan dan dia membutuhkan kita untuk ... kami,, melakukan hubungan seks lagi dan menguji Anda sekali lagi." Jimmy sedikit khawatir tentang kesehatannya, tapi pikirannya terfokus di tempat lain. Dia menjadi sangat nyaman berbicara tentang seks dengan ibunya. Dia terus melirik ke arah kakinya yang nyaris tertutup oleh rok hitamnya. Dia menatap wajahnya. Ibunya memiliki wajah cantik, pikirnya. Parfumnya mabuk dia. Diane melihat melirik dan bertanya sambil tertawa kecil. "Apa, apa itu?" Jimmy menjawab, "Tidak ibu, saya hanya berpikir kau cantik saja." Diane tersenyum gugup, tidak mengatakan sesuatu kembali.

"Bu, akan kau memberiku blowjob?" ia bertanya tanpa peringatan. Diane menjatuhkan rahangnya shock. "Apa Beraninya? Anda bertanya kepada saya itu? Siapa yang mengajari Anda apa blowjob adalah?"

"Aku pernah melihatnya di film porno, ingat?"

"Ya Tuhan, Anda harus berhenti menonton itu. Maksud saya tidak apa-apa, tetapi Anda sedang melihat terlalu banyak Ini mengisi kepala Anda dengan ide-ide gila." Dia menjawab dengan setengah tersenyum. Bukan porno. Apa yang dia lakukan hari lain dengan dia terbangun sesuatu dalam dirinya. Jimmy tidak menyerah. "Aww, mengapa kamu menghindari subjek Ibu?"

Diane tidak tahu harus berpikir apa. Dia agak sedikit kecewa dengan dirinya sendiri. Dia bertanya-tanya bagaimana ia mudah tertipu untuk berpartisipasi dalam "tes."

Meski begitu, dia berpikir jika dia punya dia benar-benar horny dan keras ia tidak akan bertahan selama yang dia lakukan terakhir kalinya. Dengan cara ini dia tidak akan memiliki lagi orgasme di depan dokter hari ini. Dia terus mengemudi sementara memutar ide-ide ini lebih dalam kepalanya. Jimmy bertanya lagi, "Ayo, Bu, sekali ini saja, saya benar-benar ingin melihat bagaimana rasanya, semua orang dalam pembicaraan sekolah tentang betapa besar itu. Ini tidak begitu besar dari kesepakatan untuk Anda setelah apa yang kami lakukan kemarin, bukan? " Diane memelototinya di cermin. "Oke, baik saya tidak tahu mengapa Anda ingin begitu banyak.. Kau tahu itu tidak akan sebagus hari, kan? Lagi pula, Anda sebaiknya tidak memberitahu ayahmu, dia akan membunuh kita berdua. .. Anda mengerti? " Jimmy hampir melompat karena gembira terhadap sabuk pengamannya.

"Awesome Kau Ibu terbaik yang pernah! Aku sangat mencintaimu Dan tentu saja aku tidak akan memberitahu Ayah, aku janji. Bu!, Anda tidak akan menyesalinya." Dia mengambil berbelok ke kanan untuk masuk ke tempat parkir, meraih tiket parkir dan melaju dalam. Dia mencari tempat yang tenang di suatu tempat gelap di sudut. Dia melaju sepanjang jalan ke ujung ke tempat di mana tidak ada mobil. Dia memarkir mobil dan berbalik untuk Jimmy. "OK Pak, ini adalah aturan. Satu, Anda tidak bisa memberitahu siapa pun tentang semua ini, dua, menyentuh rambutku atau kepala saya dan kita sudah selesai, tiga, Anda hanya duduk di sana tenang, empat, sebagai suatu hal fakta, terus tangan Anda untuk diri sendiri, dan lima, hanya memecah keheningan Anda untuk membiarkan saya tahu ketika Anda harus, mm, cum. Paham? "

Jimmy mengangguk.

"OK sekarang, tarik celana jeans Anda ke bawah untuk saya." Diane mengulurkan tangan dan menarik kursi anaknya kembali sehingga ia berbaring. Jimmy membuka kancing celana dan mengangkat pantatnya naik dari kursi dan menarik celana pendek dan celana jins bawah dalam satu gerakan cepat. Penisnya sudah kebanyakan tegak melompat keluar. "OK madu, sekarang hanya bersantai dan menikmati diri sendiri," katanya sambil melepas sabuk pengamannya. Hati-hati ia menyambar ayam keras oleh basis dan menarik kulitnya kembali untuk mengungkapkan kepala super sensitif nya. Dia membungkuk shifter gigi dan menarik rambutnya ke kiri sehingga ia bisa melihatnya.

Dia agak kaget sendiri dengan melakukan itu sebanyak yang dia terkejut anaknya. Dia mencium ujung dan kemudian menjilat kepala seperti itu adalah permen lolipop. Bibirnya membungkus kepala kosong saat dia membutuhkan waktu lebih panjang ke dalam mulutnya. Dia tidak pernah tertarik untuk dapat deep throat pria tapi anaknya lebih kecil dari seorang pria dewasa. Dia bertanya-tanya apakah dia benar-benar bisa melakukannya dengan dia. Dia ingin mencoba hanya untuk melihat. Dia terus berjalan lebih jauh dan lebih bawah poros licin sampai cockhead nya menghantam bagian belakang tenggorokannya. Dia tersedak dan terbatuk sedikit.

"Anda Ok Bu?"

"Yeah, aku madu baik saja," katanya sambil menarik salah satu pubes nya hampir tidak terlihat dari lidahnya. Ia ingin hanya melakukan hal yang normal sekarang. Dia meraih kemaluannya lagi tapi kali ini menjilat panjang poros atas dan bawah untuk bola-nya. Dia melirik ke arah putranya dan bertemu matanya yang tampaknya tidak bersalah. Diane menelan kemaluannya lagi dan mulai angguk kepalanya perlahan. Suara mengisap bergema melalui mobil saat ia mempercepat angguk dia. Tangan Jimmy menemukan jalan turun ke payudara kanannya. Horny Nya membuatnya berani saat ia meraih ibunya tit dan mulai memijat melalui bahan yang lembut. Diane mengatakan apa-apa sambil terus meniup dia. "Bu, bisa tolong biarkan aku melihat payudara Anda?" Diane memutar matanya saat ia dibangkitkan darinya .. "Saya bilang untuk tidak berbicara Atau menyentuh saya.." Segera setelah ia selesai mengatakan hal ini dia mengambil bajunya off dan unclasped bra-nya di belakang dan melemparkannya ke kursi belakang. Dia kembali ke ayam yang membutuhkan dan mulai mengisap lagi.

Jimmy meraih payudaranya sekarang telanjang dan mulai mencubit putingnya. Diane mengeluarkan erangan kecil saat ia mempercepat angguk dia. Dia menggunakan tangannya yang lain untuk menguleni buah zakarnya. Dia berhati-hati, pemahaman ini adalah permata keluarga, tapi jelas mengantarnya liar. "Ibu Oooh, aku merasakan sesuatu ..." Dia terus ungkit, tapi lebih lambat dan lebih terfokus. Dia terus memijat payudaranya di tangannya. Tiba-tiba, pinggulnya mulai bergerak ke atas untuk memenuhi mulutnya. Setelah ia melihat bahwa Diane berhenti dan mengangkat kepalanya dan kuat di pangkal masa kecilnya selama beberapa detik. "Oke, Sayang besar, tarik petinju dan celana jeans kembali Kami sudah selesai.."

"T-tapi Ibu saya butuhkan! Untuk cum begitu buruk! Tolong, sedikit lagi dan kemudian ..."

"Jimmy Kami sudah selesai.. Jangan khawatir, Anda akan mendapatkan bantuan di kantor Dr Linda Sekarang tarik celana Anda dan mari kita pergi.."

Diane disesuaikan bra sebelum meletakkan bajunya kembali dan meraih tasnya. Dia menyeret dia keluar dari mobil dengan tangan dan mulai berjalan menuju lift, tumitnya mengklik dan bergema melalui garasi gelap. Dia merasakan licin akrab antara pahanya. Mengisap anaknya sendiri ****** telah membuatnya sangat terangsang. Saat ia duduk di ruang tunggu dia tidak nyaman menggosok kakinya bersama-sama, berharap sakit di perutnya akan pergi. Dia melirik dan mencatat bahwa Jimmy juga gelisah. Dia jelas terganggu air mani dan membuatnya sama-sama tidak nyaman. Ia berharap ini akan berarti pengujian tidak akan memakan waktu selama beberapa hari.

Sebagai menit berlalu Diane mendapati dirinya tanpa sadar menggosok pada klitorisnya melalui celana, tas menyembunyikan tindakan cabul dari siapapun yang mungkin telah menonton. Dia merasa bahwa panas naik, yang arcing perasaan listrik di seluruh kulitnya. Dia tergesa-gesa membayangkan anaknya berlutut di depan kaki penyebaran dan berpesta vaginanya. Ya, itulah yang dibutuhkannya. Dia membutuhkan clitorisnya mengisap dan menelan dan disembah. Suaminya tidak berguna di tempat tidur. Anaknya sangat ingin menunjukkan betapa bisa dilakukannya.

No Apa yang dia pikirkan? Horny nya, kabut pikiran yang dipenuhi sedang membayangkan gambar mengerikan dan memberontak terhadap normalnya, sampai ke diri bumi. Ia harus kembali ke kenyataan. Dia punya ide bagus. Dia harus pergi ke kamar mandi dan jari dirinya sendiri sebelum ia pergi benar-benar gila. Tapi sebelum dia bisa memaafkan dirinya sendiri Dr Linda Hamsley muncul dan memanggil mereka ke dalam koridor panjang.

Ketika mereka membuka pakaian di kantornya Dr Linda mencatat bahwa ibu dan anak sama-sama siap dan bersemangat untuk bercinta. Jimmy, khususnya, tampaknya orang yang berbeda. Dia hampir mondar-mandir. Dia memiliki kesombongan kepadanya. Daripada anak kecil takut dia dengan bangga memamerkan penisnya kaku dan cocok tubuh muda untuk ibunya dan dokter memikat nya. Diane, sementara itu, adalah berharap ini bisa menjadi lebih secepat mungkin.

Dr Linda mengeluarkan instrumen dan menempatkan mereka pada lengan kanan Jimmy, dada, dan punggung. Jimmy kepalanya tinggi dan bangga sebagai dokter melakukan tugasnya. Sementara itu, Diane mengambil posisinya di tempat tidur pemeriksaan papered dan enggan menyebar kakinya. Dia merasa malu kurang dari sebelumnya, tetapi ia tidak ingin menunjukkan baik atau Jimmy Linda betapa ia dibutuhkan untuk cum. Dia hanya ingin melakukan tes dan pergi. Jika dia bisa pulang, pikirnya, ia bisa mandi, membasuh kedua aneh hari, dan kemudian menggunakan kepala shower untuk membuat perasaan ini dunia lain mencair.

Jimmy percaya diri memanjat tangga dan kasus sensual dibentuk bentuk melawan ibunya. Dia menggodanya dengan menggeser pinggulnya ke sana kemari sebelum akhirnya menemukan lubang tempat ia memasuki dunia dan meluncur dengan lega. Setelah jeda awal ia mulai memompa diri sebagai tulang panggul mereka menampar terhadap satu sama lain dengan kebutuhan yang jelas. Dr Hamsley tetap terdiam dan mengamati monitor. Sekitar lima menit memasuki vagina dengan Diane tes dimulai spasming. Clitorisnya terbakar. Ada sedikit stimulasi langsung tapi setiap sesekali Jimmy akan absen dengan pikiran bergesekan itu.

Dia mendapat gugup mengepalkan tinjunya dari merayap kesenangan. Dia memutar pantatnya terhadap kertas dan terlihat humping untuk memenuhi menyodorkan anaknya, berusaha mendapatkan lebih banyak. Dia tidak ingin mempermalukan dirinya lagi dan membuat kekacauan pada ayam anaknya dan meja Linda tapi ia kehilangan kontrol. Dia hanya berseru, "Dr Hamsley, saya perlu bantuan." Dia hampir tidak menaruh kalimat bersama-sama di antara napas terengah-engah.

Dr Hamsley turun dari kursi dan berjongkok di samping Diane, prihatin. "Apa itu Mom, kau baik saja?" Diane mencoba berbisik, dia tidak ingin anaknya mendengar ini. "Linda, ini mengambil jalan yang panjang, dan ii-itu hanya salah, kita perlu membantu ... eh, merangsang Jimmy secepat kami sehingga dapat ia bisa menyelesaikan lebih cepat. Saya tidak dapat fucked oleh anak saya selama 20 menit hari kedua berturut-turut. Silahkan. "

Linda mengangguk kepalanya. Dia bersimpati. Dia tidak ingin pasiennya berada dalam posisi ini. "Diane Saya setuju, dia pergi untuk waktu yang sangat lama mengingat usianya Tapi apa yang Anda ingin aku lakukan?." Diane putus asa. Tapi satu ide datang ke permukaan. "Dia bilang dia suka menonton pada girl girl aku bertanya-tanya .... Jika Anda ingin melakukan sesuatu seperti membuat keluar dengan saya sehingga ia dapat melihatnya. Aku tahu itu kotor. Tapi harap. Sekali ini saja." Diane berjuang untuk berbicara saat merasakan orgasme membangun lebih cepat dan lebih cepat.

Dr Linda ingin membantu temannya. Dia meletakkan tangannya di bahu Diane dan membungkuk, tersenyum, "Tentu madu, apa pun bagi Anda" dan menciumnya penuh di bibir. Mata Jimmy adalah sebagai besar sebagai piring. Dia sedang meniduri ibunya saat dia sedang bermesraan dengan dokter panas mereka. Linda terus berciuman Diane penuh gairah, lidah mereka dan bibir memukul bersama-sama menjijikkan. Dia pergi lebih rendah dan mulai menjilati dagu Diane. Kemudian untuk mengejutkan mereka Dr Linda menarik jubah putihnya sampai mengungkapkan celana hitamnya. Dia menarik mereka turun dalam satu gerakan cepat dan menendang mereka ke samping. Dia meraih tangan kanan Diane dan menariknya ke dalam rawa di antara kakinya.

Diane tidak bisa percaya betapa basah Dr Hamsley sebenarnya. Kali ini keseluruhan ia menemukan anaknya berdebar jauh di seksi dan menarik. Linda mulai mengerang sambil menarik baju Diane, memperlihatkan payudaranya matang tapi tetap tegas. Dua empat puluh wanita sesuatu yang benar-benar menempatkan pada acara untuk pasien muda mereka. Dr Linda membungkuk dan mengambil salah satu puting susu ibunya di mulutnya dan mulai mengisapnya dengan lahap. Seperti Dr Linda membungkuk Diane Jimmy mengintip tepat pada vagina gelap, hairier dari ibunya. Dia berhenti sejenak. Biasanya ia akan memiliki keinginan yang besar untuk memasukkan dirinya ke wanita cantik ini melayang di dekatnya. Tapi dia sudah jauh di ibunya. Dia mulai piston masuk dan keluar dari vagina ibunya lagi, hampir tak terkendali dengan nafsu. Ini semua terlalu banyak untuk ibu yang buruk. Dia tidak bisa lagi melawannya.

Tubuhnya menjadi kaku seperti pantatnya naik dari tempat tidur papered dalam gerakan, gemetar mengejutkan, kaki terlipat erat di punggung anaknya untuk pertama kalinya. Ekstasi dicuci melalui tubuhnya dan bintang meledak di belakang matanya saat ia mulai sadar menyemprotkan seluruh ayam hard rock anaknya dan ke tempat tidur papered Linda. "Fuck me baby!" Diane berteriak, tidak lagi peduli tentang menjaga penampilan. "Panggil aku mama!" dia menyalak dalam, tangannya melingkari tubuh anaknya di pelukan dalam. Jimmy nyaris tak bisa menjawab. "Aku mencintaimu mama!" dia merintih ke dadanya bergoyang. Melihat Dr Linda dan ibunya sendiri pergi di itu telah membawanya ke tepi jurang. Sekarang bagian dalam ibunya yang meraih dan menarik pada kekakuan sensitif nya dia akan di tepian.

Pinggul Nya bucking tak menentu. Dia mengerang dan mendesis, mulutnya terbuka. Matanya digulung menjadi kepalanya karena ia merasa bola-nya mulai melompat antara kakinya. "Oh ibu Anda merasa! Begitu baik! Aku-aku tidak bisa berhenti!" Kedua wanita memandang tanpa daya ketika kembali Jimmy melengkung sambil mengisi up vagina ibunya dengan air mani muda, jantan. "Ibu Ibu!! Oh ya!" ia berteriak dengan sanjungan sambil mengosongkan tebal, beban terpendam ke kebun rentan ibunya. Cangkir sedang duduk di meja di dekatnya. Mungkin juga sudah satu mil jauhnya. Mommy merasa pulsa setiap. Dia merasakan hangat merembes ke dalam dirinya ..

© 2025 JURAGAN CERITA SEX is powered by Blogger - Template designed by Stramaxon - Best SEO Template